Penaklukan Konstantinopel

Minggu, 28 Mei 2017 0 komentar

Peta Imperium Romawi dan Persia
Jika pada pengetahuan modern kini kita mengenal ada lebih dari 200an negara di dunia, maka pada awal abad ke tujuh setidaknya hanya ada dua “negara” besar; Persia dan Imperium Romawi. Dua “negara” inilah yang mengangkangi dunia saat itu. Pada masa itu, Konstantinopel dan Roma adalah kota terkuat sekaligus terindah di dunia, keduanya merupakan pusat kekuasaan Imperium Romawi.


Konstantinopel adalah yang terindah pada saat itu; jumlah gereja di kota ini bahkan lebih banyak daripada jumlah hari dalam setahun, setiap jalan diperkeras dengan batu porfiri dan batu marmer, sebelah kiri dan kanannya bangunan-bangunan menjulang, dan yang paling hebat dari kota ini adalah berdirinya sebuah bangunan paling megah dan paling besar di dunia saat itu: Geraja Hagia Sophia (Aya Sofia). Seorang Rusia berjalan dari tempatnya selama berbulan-bulan menuju Aya Sofia. Sesampainya disana, ia masuk ke dalamnya dan takjub akan keindahan interiornya, “Kami terpesona melihat keindahan Aya Sofia. Saat kami masuk ke dalamnya, kami sudah tidak tahu lagi apakah kami masih berada di bumi ataukah sudah berada di surga”.

Keindahan kota Konstantinopel dengan Aya Sofia di tengah kotanya
Napoleon pernah berkata, “Andai dunia ini adalah suatu negara, maka kota yang paling pantas menjadi ibukotanya adalah Konstantinopel”. Demikianlah indahnya kota Konstantinpel di masa itu, setiap orang bermimpi untuk mengunjungi kota ini.

***

Tahun ke lima hijriah, dalam masa persiapan menghadapi perang Ahzab, sebanyak 3.000 kaum muslim bersiap menghadang 10.000 pasukan gabungan kaum kafir Quraisy dan Yahudi yang akan datang menghancurkan Madinah. Atas saran Salman Al-Farisi, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salaam memerintahkan penduduk Madinah untuk membuat parit sebagai bagian dari strategi perang, hingga perang ini kemudian dikenal sebagai perang Khandaq (perang parit).

Peta Kota Madinah saat. Garis berwarna hijau tebal adalah jalur penggalian parit, bagian utara kota Madinah.

Madinah bagian utara adalah satu-satunya celah yang menjadi akses masuk ke kota ini, karena bagian lainnya terdapat gunung-gunung yang cukup tinggi. Dibuatlah parit sepanjang 8 KM di bagian utara. Di tengah kondisi tanah Arab yang begitu panas, kontur tanahnya yang sulit untuk digali, serta suasana lapar yang mendera, beberapa orang mulai putus asa dengan ide menggali parit. Pada kondisi tersebut, penduduk Madinah terbagi menjadi dua golongan; pertama kaum Yahudi yang terpaksa ikut menggali, kedua adalah mereka yang benar-benar beriman. Tidak sedikit dari kaum Yahudi yang terpaksa ini meminta izin kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salaam untuk berhenti menggali dengan berbagai alasan.

Pada jalur penggalian parit terdapat sebuah batu yang sangat keras dan tidak bisa dipecahkan oleh para sahabat. Salman Al-Farisi kemudian meminta Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salaam untuk melihat batu tersebut. Maka Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salaam melihat langsung batu tersebut, dan kemudian beliau sendiri lah yang memecahkan batu itu dengan tiga kali pukulan. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa dalam setiap pukulannya, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salaam melihat kota-kota besar di dunia yang kemudian akan takluk di bawah bendera Islam. Di tengah situasi ini, kemudian salah seorang sahabat bertanya kepada Ralullah shalallahu ‘alaihi wa salaam, “Ya Rasulullah, kota mana yang akan kita taklukkan besok? Apakah Konstantinopel terlebih dahulu? Ataukah Roma dahulu?”. Mendengar pertanyaan sahabat, kaum Yahudi lalu memperolok-olok pertanyaan itu, seraya menganggap bahwa kaum muslim ini benar-benar gila. Di tengah kondisi yang begitu sulit, dan bersiap menghadapi 10.000 pasukan musuh mereka masih berfikir untuk menaklukkan dua kota terkuat di dunia, begitu ejekan dari kaum Yahudi. Mendengar olok-olokan tersebut, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salaam menjawab kepada mereka, sekaligus jawaban kepada kaum Yahudi, “Kota Heraklius (Konstantinopel) akan ditaklukkan terlebih dahulu (HR. Ahmad)”.
Singkat cerita, perang Ahzab dimenangkan kaum muslim, Allah gambarkan kisah perang ini dalah surat Al-Ahzab. Usai perang, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salaam mengeluarkan kembali sebuah hadits tentang penaklukan Konstantinopel.


لَتُفْتَحَنَّ الْقُسْطَنْطِينِيَّةُ فَلَنِعْمَ الْأَمِيرُ أَمِيرُهَا وَلَنِعْمَ الْجَيْشُ ذَلِكَ الْجَيْشُ

“Sungguh, kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin, dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan”.
(H.R. Ahmad)

            Siapa yang tak tergiur dengan janji predikat pemimpin dan pasukan terbaik menurut Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salaam? Semenjak hadits tersebut meluncur dari lisan mulia sang Nabi, berbagai percobaan penaklukan kota Konstantinopel dilakukan oleh kaum muslim, terus berulang sampai beberapa generasi kekhalifahan.
            Pada masa kekhalifahan Muawiyyah, seorang tua renta bernama Abu Ayyub Al-Anshari meminta kepada Muawiyyah untuk ikut menjadi pasukan yang akan berangkat ke Konstantinopel. Melihat fisiknya yang sudah melemah dimakan 80 tahun usianya, Muawiyyah melarang Abu Ayyub untuk ikut berperang. Namun Abu Ayyub beralasan, semasa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salaam masih hidup, ia pernah berjanji kepada Nabi, tetapi Abu Ayyub tidak mau memberi tahu Muawiyyah apa isi janjinya. Diberangkatkanlah Abu Ayyub bersama para pasukan menunju Konstantinopel pada tahun 674 M. Di tengah perjalanan, Abu Ayyub menemui ajalnya. Sebelum ajalnya tiba, ia akhirnya memberi tahu bahwa janjinya kepada Nabi adalah bahwa ia akan mendengarkan gemericik pedang dan derapan kuda pasukan yang akan menaklukan Konstantinopel. Oleh sebab itu ia berwasiat agar para pasukan menguburkan jenazahnya di titik terdekat kota Konsatntinopel yang bisa dicapai kaum Muslim. Penaklukan ini gagal.
Masih pada masa kekhalifahan Bani Umayyah, tahun 674 M Junadah bin Abi Umayyah Al-Azdy mencoba menaklukkan Konstantinopel, diikuti percobaan Maslamah bin Abdul Malik pada tahun 717 M. Keduanya gagal. Beralih ke masa kekhalifahan Bani Abbasiyah, Khalifah Harun Ar-Rasyid juga mencoba penaklukan Konstantinopel pada tahun 811 M, diikkuti Sultan Beyazid I tahun 1396 M dan Sultan Murad II pada tahun 1422 M. Semua percobaan ini gagal.

***


            Tanggal 30 Maret 1432 M, bertepatan dengang tanggal 27 Rajab 535 H, Huma Hatun, istri Sultan Murad II melahirkan seorang putra yang kemudian diberi nama Muhammad Ats-Tsani (Muhammad II). Kegagalan Sultan Murad II dalam usaha penaklukan Konstantinopel tidak memadamkan ambisinya untuk membuktikan kebenaran hadits Nabi. Ia akhirnya menumpukan impian itu kepada sang anak, Muhammad II. Maka segala persiapan dan perbekalan diberikan Sultan Murad II kepada Muhammad II, agar pada masanya ia siap untuk menaklukan kota yang sudah berusia lebih dari 1.000 tahun itu.
            Persiapan yang paling berpengaruh kepada sosok Muhammad II adalah dihadirkannya guru-guru yang setiap hari memberikan berbagai macam ilmu kepada Muhammad II. Dua diantara gurunya yang termahsyur adalah Syaikh Ahmad Al-Kurani dan Syaikh Aaq Syamsuddin. Sesuai dengan namanya, Syaikh Ahmad Al-Kurani diberikan tugas untuk mengajarkan Al-Qur’an kepada Muhammad II, hingga pada usia 8 tahun Muhammad II khatam menghafal 30 juz Al-Qur’an. Sementara itu, Syaikh Aaq Syamsuddin diberi tugas khusus untuk mengajarkan ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu mental. Dari guru-gurunya  tersebut Muhammad II menjelma menjadi seorang yang telah siap menjadi sosok yang akan mencatatkan namanya dalam sejarah. Di usia 16 tahun ia kuasai 8 bahasa: Arab, Turki, Persia, Yunani, Serbia, Italia, Prancis, dan Latin. Selain itu ia juga menguasasi ilmu-ilmu sejarah, geografi, matematika, astronomi, seni dan sastra, selain yang utama tentu ilmu perang/militer dan pemerintahan. Ia diangkat menjadi sultan pada usia 12 tahun.
            Syaikh Aaq Syamsuddin menjadi sosok paling berpengaruh dalam pembentukan karakter Muhammad II. Setiap hari, Syaikh Aaq Syamsuddin membacakan sejarah-sejarah kepahlawanan dan perjuangan umat muslim sebelumnya. Suatu hari Syaikh Aaq Syamsuddin mengajak Muhammad II untuk melihat kota Konstantinopel dari kejauhan.

            “Apakah kamu melihat kota itu?”, tanya syaikh.

            “Iya. Konstantinopel, kota yang akan kita taklukkan”, jawab Muhammad II.

            “Baik. Selain itu apa lagi?”, tanya syaikh kembali.

            “Kota yang akan kita taklukkan!”

            “Selain itu apa lagi?”

            “Kota yang akan kita taklukkan!”

“Tidak. Kota itu pernah didatangi oleh ayahmu dan dia tidak bisa menaklukkannya. Kota itu pernah didatangi oleh kakekmu dan dia tidak bisa menaklukkannya. Kota itu pernah didatangi oleh buyutmu dan dia tidak bisa menaklukkannya. Dan anak-anakmu akan datang ke kota yang sama, tetapi mereka tidak akan mampu menaklukkannya. Cucu-cucumu juga akan mencoba hal yang sama, tetapi mereka akan gagal. Karena menurutku, orang yang akan menaklukkannya saat ini sedang berdiri di hadapanku. Engkau Muhammad II, orang yang akan menaklukkan kota itu”, tutup syaikh.

Mulai saat itu, Muhammad II menambah satu keyakinan dalam dirinya, bahwa ia lah yang akan menaklukkan kota Konstantinopel.

Dalam persiapannya untuk menaklukkan kota Kontsantinopel, ia mempersiapkan sebuah pasukan khusus yang terdiri dari 7.000 orang: pasukan Inkisaria dalam bahasa Arab, atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan pasukan Royal Janissaries. Pasukan ini tercatat sebagai pasukan militer terkuat di dunia sampai perang dunia pertama. Pasukan ini dilatih secara khusus, ditempatkan di barak-barak khusus dengan satu ulama di setiap barak. Tugas dari para ulama ini adalah memberikan ilmu-ilmu agama dan membentuk mental mujahid pada pasukan ini.
Selain mempersiapkan pasukan, Muhammad II juga mempersiapkan dirinya sendiri untuk menghadapi penaklukkan terbesar saat itu. Ia sadar bahwa pemimpin terbaik yang disebut Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salaam bukanlah orang biasa. Yang terbaik di mata Nabi tentulah yang paling dekat dengan Tuhannya. Maka sejak usia baligh, Muhammad II tidak pernah sekalipun meninggalkan shalat rawatib dan tahajjud semasa hidupnya sampai ia wafat kelak.
Konstantinopel adalah kota yang bentuknya menyerupai segi tiga. Kota ini terletak di Selat Bosporus, selat yang memisakan benua Eropa dan dan Asia. Hampir seluruh bagian kota ini dikelilingi laut, kecuali bagian barat yang berbatasan dengan daratan benua Eropa. Sebelah utara kota adalah Teluk Tanduk Emas (Golden Horn Bay), Selat Bosporus di sebelah timur, dan Laut Marmara di sebelah selatan. Seluruh tepian kota ini, baik yang berbatasan dengan lautan maupun daratan, dikeliling oleh benteng yang tidak dapat dijebol oleh siapapun selama lebih dari 1.000 tahun.
Peta kota Konstantinopel dengan wilayah-wilayah perbatasan di sekelilingnya

Dalam persiapannya untuk menaklukkan Konstantinopel, Muhammad II membangun sebuah benteng di Selat Bosporus di daratan Eropa. Sebelumnya, buyut Muhammad II, Sultan Beyazid dalam usaha penaklukkan Konstantinopel juga pernah membuat sebuah benteng di Selat Bosporus di daratan Asia, benteng yang dinamai Anadolu Hisari (benteng Anatolia/Asia Kecil, 1393-1393 M). Benteng yang dibangun Muhammad II dinamai benteng Rumeli Hisari (1452 M), dibangun tepat di sebrang benteng Anadolu Hisari. Maka di Selat Bosporus terdapat dua benteng yang saling berhadapan. Pasukan Muhammad II menyebut kedua benteng ini sebagai “penggorok tenggorokan”, karena dengan berdirinya kedua benteng di dua sisi Selat Bosporus maka pasukan muslim dengan mudah dapat menghadang datangnya bala bantuan pasukan romawi ke Konstantinopel jika kota itu diserang.

Lokasi pembangunan Rumeli Hisari di Selat Bosporus daratan Eropa (lingkaran merah sebelah kiri), sebelah kanan  (daratan Asia) adalah Anadolu Hisari.
Benteng Anadolu Hisari

Benteng Rumeli Hisari

Satu halangan terbesar Muhammad II untuk menaklukkan Konstantinopel adalah tembok kota Konstantinopel yang mengurung seluruh bagian kota. Tembok ini juga yang menjadi penghalang para pendahulunya untuk melakukan penaklukan. Tembok yang tidak dapat dijebol oleh siapapun selama lebih dari 1.000 tahun. Muhammad II belum punya rencana apapun untuk menjebol tembok ini. Karena satu-satunya cara untuk menaklukkan Konstantinopel adalah melewati tembok tersebut.

Tembok kota Konstantinopel

Lapisan-lapisan tembok kota Konstantinopel

Gambaran tingginya tembok kota Konstantinopel


Pucuk dicinta ulampun tiba! Seorang seniman senjata beragama Nasrani, Urban namanya, memiliki sebuah rancangan meriam yang menjadi meriam terbesar di dunia saat itu, dinamai The First Super Gun (Basilica Canon). Untuk merealisasikan rancangannya, ia mendatangi penguasa Konstantinopel untuk membiayai pembuatan meriam itu. Penguasa Konstantinopel menyetujuinya. Ia mempersilakan Urban untuk tinggal di dalam kota sambil menunggu kota mengumpulkan uang untuk membuat meriam tersebut.
Satu tahun berlalu, penguasa konstantinopel tidak juga merealisasikan rancangan meriam tersebut. Urban akhirnya keluar dari Konstantinopel. Ia menawarkan rancangannya kepada Sultan Muhammad II. Dan inilah yang dibutuhkan Muhammad II. Ia menyetujui pembiayaan untuk membuat meriam raksasa itu. Urban membuatnya dengan biaya dari kesultanan Muhammad II.  Setelah diuji coba, Muhammad II terkesan dengan kemampuan meriam yang diciptakan Urban. Muhammad II lalu meminta Urban untuk membuat meriam yang ukurannya dua kali lipat lebih besar dari yang diciptakannya ini. Dalam satu tahun, Urban berhasil membuat 69 buah meriam yang diminta oleh Muhammad II. Inilah meriam-meriam terbesar yang pernah ada sampai zaman itu. Meriam yang mejadi senjata utama pasukan Muhammad II untuk menaklukkan Konstantinopel.

Basilica Canon yang dirancang Urban

Basilica Canon kini tersimpan di salah satu museum di Inggris

Muhammad II memberangkatkan pasukannya menuju Konstantinopel. Sebanyak 250.000 pasukannya berangkat melalui daratan untuk menuju bagian barat kota Konstantinopel. Di bagian barat ini, tembok sepanjang 7.5 KM membentang dari ujung pantai di Teluk Golden Horn sampai ke pantai di Laut Marmara. Di arah selatan, Muhammad II menyerang Konstantinopel dari Laut Marmara, dari sebalah timur, ia mencoba memasuki Teluk Golden Horn dari arah Selat Bosporus. Armada laut yang ia kerahkan mencakup 400 kapal, jumlah yang cukup banyak pada saat itu.
            Pasukan yang berangkat menuju arah barat berjalan dari Adrianopel selama kurang lebih dua bulan perjalanan, mereka tiba di depan kota Konstantinopel pada hari Kamis, 5 April 1453. Saat mereka berarakan menuju Konstantinopel, para pasukan menyebutkan bahwa di siang hari mereka tidak dapat melihat cahaya matahari masuk menembus kaki mereka karena terhalang tombak-tombak mereka yang ribuan, sedang di malam hari mereka tidak dapat melihat permukaan tanah karena tertutup barak-barak mereka. Setibanya di depan kota, orang-orang Konstantinopel juga menyebutkan bahwa mereka melihat pasukan muslim ini laksana lautan besi. Baju-baju perang mereka memantulkan sinar-sinar matahari yang berkilauan, membentang dari ujung pantai ke pantai lain, persis seperti panjangnya tembok kota di sebelah barat.
            Selang sehari, bertepatan dengan hari Jumat, 6 April 1453, Muhammad II memajukan pasukannya ke depan kota. Ia berdiskusi dengan penguasa Konstantinopel, meminta kota untuk diserahkan kepada pasukan muslim dan menyerah secara damai. Namun penguasa Konstantinopel menolak, ia memilih untuk berperang. Maka tantangan perang itu diterima Muhammad II. Pada hari itu juga, Muhammad II membariskan pasukannya pada jarak 1.5 KM dari tembok kota, jarak yang cukup jauh untuk dipanah, tapi cukup jelas untuk dipandang. Ia kemudian memimpin pasukan untuk melakukan sebuah pertunjukan keimanan: Shalat Jumat berjamaah bersama 250.00 pasukan. Sebagaimana Nabi dahulu selalu memulai peperangan di hari Jumat, maka Muhammad II pun memulai penaklukan Konstantinopel pada hari mulia itu.

Ilustrasi shalat Jumat pasukan Muhammad II, diambil dari scene film Fetih 1453

            Dari arah selatan di Laut Marmara, pasukan muslim menyerang dengan 400 kapal armada lautnya. Sementara dari sebelah timur, armada lautnya masih mencoba untuk menembus ke kawasan Teluk Golden Horn. Penyerangan dari arah laut ini gagal total. Empat ratus kapal laut yang dikerahkan kesulitan melawan perlawanan dari balik tembok. Sementara itu, pasukan di sebelah barat menembakkan meriam-meriam raksasa ke arah tembok. Namun disini baru ditemukan kelemahan meriam-meriam raksasa itu. Kelemahannya adalah waktu reload yang diperlukan cukup lama, yaitu 3 jam setiap kali reload. Setiap selasai ditembakkan, meriam-meriam itu panas dan butuh waktu yang lama untuk penembakan yang selanjutnya. Jika dipaksakan menembak, meriam-meriam raksasa itu bisa meledak. Kelemahan waktu reload yang lama ini dapat dimanfaatkan pasukan kota Konstantinopepl untuk memperbaiki kerusakan tembok. Sehingga, berapa kali pun tembakan dilakukan, selalu ada waktu untuk memperbaiki bagian tembok yang jebol.
Sampai tanggal 20 April serangan terus dilakukan, tapi tidak terlihat tanda-tanda kota in akan takluk. Yang terlihat justru semakin banyaknya pasukan  yang meninggal, logistik semakin berkurang, dan beberapa pasukan mulai ada yang merasakan putus asa dengan keadaan tersebut. Muhammad II tahu mental pasukannya turun. Ia kemudian mengumpulkan semua komandannya, dan berkata kepada mereka, “Apakah kita akan melanjutkan peperangan ini, atau berhenti dan pulang ke tempat asal kita?”. Seorang mualaf yang ada dalam barisan pasukannya kemudian menjawab bahwa ia tidak rela jika harus kembali, ia dan seluruh pasukan datang kesini untuk bisa menaklukkan kota, atau untuk mati di jalan Allah. Muhammad II pun memilih untuk melanjutkan penaklukan. Tanggal 21 April serangan dilanjutkan dari 3 arah, tetapi semua tetap gagal.
Seorang penasehat kemudian berdiskusi dengan Muhammad II. Ia menyatakan bahwa alasan kegagalan penyerangan selama ini adalah strategi memperbaiki tembok yang jebol oleh pasukan kota. Jika ini terus berlangsung tidak akan ada gunanya pasukan muslim terus menembakkan meriam. Maka satu-satunya cara untuk mengatasi ini adalah memecah konsentrasi pasukan kota yang bertugas memperbaiki tembok ini. Bagian utara kota, yaitu kawasan Teluk Golden Horn adalah satu-satunya bagian kota yang belum diserang. Jika bagian ini bisa diserang, maka konsentrasi pasukan kota yang selama ini terpusat di sebalah barat bisa terpecah. Muhammad II memikirkan strategi agar kapal-kapal laut pasukannya bisa masuk ke teluk ini.
Teluk Golden Horn adalah area perairan yang diapit oleh daratan kota Konstantinopel dan Bukit Galata. Satu-satunya akses masuk ke teluk ini adalah dari arah Selat Bosporus, tetapi akses ini dihalangi oleh sebuah rantai besar yang membentang dari kota Konstantinopel ke Bukit Galata. Rantai ini memang sengaja di pasang oleh pasukan kota sebagai pertahanan dari arah Teluk Golden Horn. Inilah yang menyebabkan kapal-kapal pasukan muslim tidak dapat mencapai kawasan teluk terebut.


Teluk Golden Horn, garis merah putus-putus adalah lokasi dibentangkannya rantai

Rantai yang saat itu dibentangkan di Teluk Golden Horn
Muhammad II kemudian mengajukan sebuah rencana yang tidak terpikirkan sebelumnya. Rantai yang membentang di pintu masuk teluk ini adalah rantai yang sangat kokoh dan tidak bisa ditembus. Maka satu-satunya strategi yang ditawarkan Muhammad II untuk memindahkan kapal-kapal perangnya ke Teluk Golden Horn adalah melalui daratan di Bukit Galata. Ide gila, kata para pasukannya. Tetapi Muhammad II menjawab keraguan para pasukannya, ia mengatakan bahwa jika pasukan muslim tidak pernah membayangkan untuk melakukannya, maka pasukan kota Konstantinopel pun tak akan pernah membayangkannya.
Maka pada tanggal 21 April disepakati, kapal-kapal dari Selat Bosporus akan dipindahkan ke Teluk Golden Horn melalui Bukit Galata. Maka esoknya, terjadilah sebuah keajaiban strategi perang. Sebanyak 72 kapal berhasil dipindahkan ke Teluk Golden Horn hanya dalam waktu satu malam. Pagi hari tanggal 22 April, orang-orang Konstantinopel naik ke atas menara, dan kemudian mereka melihat sebuah pemandangan yang merenggut nyali mereka. Bendera-bendera Islam berkibar di Bukit Galata, sementara di area Teluk Golden Horn kapal-kapal pasukan muslim sudah siap menyerang tembok bagian utara kota. Kawasan yang awalnya mereka anggap paling aman berubah menjadi kawasn paling berbahaya, dan mereka katakan, ”Constantinple is over”.

Garis biru putus-putus adalah jalur pemindahan kapal ke Teluk Golden Horn

Ilustrasi jalur daran yang ditempuh untuk memindahkan kapal ke Teluk Golden Horn

Penyerangan tetap dilakuakan dari semua arah. Pasukan kota mulai terbagi konsentrasinya untuk memperbaiki tembok yang jebol. Perlahan-lahan kerusakan tembok di beberapa tempat tidak bisa diperbaiki lagi. Selama masa penyerangan itu, sampai tanggal 27 Mei 1453, Muhammad II telah mengerahkan semua inovasi perang yang tidak pernah ada sebelumnya: meriam-meriam raksasa, menara-menara kayu yang tingginya sama dengan tinggi tembok untuk melakukan penyerangan, serta memindahkan kapal melalui daratan. Pasukan muslim berhasil membuat lubang di tembok kota yang tidak dapat diperbaiki lagi. Tepat pada hari itu, Muhammmad II meminta seluruh pasukannya untuk menghentikan penyerangan. Ia merencanakan serangan terakhir dua hari setelah hari itu. Pada tanggal 28 Mei 1453, ia meminta pasukannya untuk berpuasa, melakukan banyak kegiatan ibadah, dan meninggalkan perbuatan-perbuatan dosa. Semua ini ia lakukan karena ia sadar bahwa pertolongan Allah akan sampai kepada hamba-Nya yang taat, dan perbuatan dosa akan menunda datangnya pertolongan Allah. Maka pada hari itu, seluruh pasukan berpuasa, ulama-ulama membacakan ayat-ayat Qur’an, ulama-ulama mebacakan hadits-hadits tentang kemuliaan penaklukan kota Konstantinopel.

Ilustrasi jebolnya tembok kota Konstantinopel

Pukul 1 malam tanggal 29 Mei 1453, Muhammad II yang saat itu menginjak usia ke 21 tahun memberikan sebuah khutbah kepada pasukannya ba’da shalat tahajjud, sebuah khutbah yang terkenal hingga saat ini.

“Jika penaklukkan kota Konstantinopel sukses, maka sabda Rasul telah menjadi kenyataan, dan salah satu mukjizatnya kelak akan terbukti. Maka kita akan mendapatkan bagian daripada janji hadits ini, yaitu kemuliaan dan penghargaan.
Oleh karena itu, sampaikan kepada setiap pasukan, kemenangan besar yang akan kita capai akan menambah ketnggian dan kemuliaan Islam.
Untuk itu wajib bagi setiap pasukan, menjaga agar syariat Islam selalu di depan mata dia, dan jangan sampai satu pun melanggar syariat Allah yang mulia.
Jangan mengganggu orang-orang yang tidak berdaya, jangan ganggu para pendeta, jangan ganggu para wanita, jangan ganggu orang-orang yang bersembunyi di dalam gereja, jangan ganggu mereka semua kalau kita berhasil menaklukan kota ini.”

Ilustrasi saat memasuki kota
            Pukul 2 dini hari, pasukan diberangkatkan. Serangan digencarkan sampai pagi tiba. Sekitar pukul setengah 7 pagi, pasukan inti Inkisaria/Royal Janissaries dikeluarkan. Maka sebelum terbit matahari pagi, Konstantinopel takluk di tangan kaum muslimin. Tanggal 29 Mei 1453, Muhammad II masuk ke dalam gerbang kota dan mengucapkan, “Alhamdulillah, semoga Allah merahmati para syuhada’, memberikan kemuliaan kepada mujahiddin, serta kebanggan dan syukur buat rakyatku.”
            Muhammad II dan pasukannya masuk dengan bendera Islam. Ia berjalan menuju Gereja Aya Sofia. Sesampainya disana, ia mengagumi bangunan yang megah itu. Ia turun dari kudanya dan bersujud ke arah Mekkah, mengambil segenggam tanah Konstantinopel dan menaruhnya di atas kepala, sebagai wujud bahwa dia adalah hanyalah manusia yang tercipta dari tanah.


            Muhammad II memasuki Aya Sofia, ia mendapati ribuan orang menangis histeris karena mereka takut kan dibunuh. Mereka takut Muhammad II akan melakukan balas dendam atas apa yang terjadi pada umat muslim di Spanyol. Pada waktu yang sebelumnya, Pasukan Salib berhasil merebut Spanyol dari tangan kaum muslim, dan mereka memberlakukan Mahkamah Inkuisisi, yaitu memberikan pilihan kepada umat muslim untuk mengganti agama mereka menjadi Nasrani atau memilih untuk dibunuh. Tetapi Muhammad II tidak melakukan itu. Ia meminta semua orang yang ada di dalam Aya Sofia untuk keluar. Ia menjamin setiap orang yang memilih tetap tinggal di kota akan aman, ia menjamin rumah-rumah mereka, dan seluruh properti mereka. Ia juga mempersilakan orang-orang yang ingin keluar dari kota, pasukannya akan mengawalnya sampai ke gerbang kota. Dan ia meminta Aya Sofia dijadikan masjid.
            Maka pada hari itu, semua patung-patung, lukisan-lukisan dikeluarkan dari Aya Sofia, serta dibuatkan mimbar di tempat yang paling bagus sampai waktu menjelang petang. Pada waktu Ashar tanggal 29 mei 1453, untuk pertama kalinya adzan berkumandang di kota Konstantinopel;

Allahu akbar, Allahu akbar

54 hari perang, 825 tahun sejak hadits penaklukkannya meluncur dari lisan Nabi.
Konstantinopel takluk.

***


-epilog-

            Apa sebenarnya rahasia mereka dan pasukan-pasukan muslim sebelumnya dalam penaklukkan Konstantinopel ini? Rahasia mereka adalah:

They believe in something that can’t be seen by eyes.

            Mereka percaya pada suatu hal yang tidak dapat dilihat oleh mata. Inilah iman kepada yang ghaib. Iman kepada apa-apa yang dituturkan oleh lisan mulia Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa salaam. Inilah perkara iman, yang di tahun 5 Hijriah dapat membedakan mana Yahudi yang terpaksa dan mana orang yang benar-benar beriman. Maka dari sini muncul satu pertanyaan, yakinkah kita bahwa suatu hari akan ada kota kedua yang akan ditaklukan setelah Konstantinopel? Ya, Roma. Muhammad II yang kemudian digelari Muhammad II Al-Fatih (Sang Penakluk) telah membuktikan bahwa hadits Nabi tidak main-main.
           
            Di usia 49 tahun, Muhammad II Al-Fatih mempersiapkan sebuah pasukan yang jumlahnya lebih besar dan lebih kuat dari pada pasukannya saat menaklukan Konstantinopel. Ia wafat setelah diracuni oleh seorang dokter saat ia memberangkatkan pasukannya ke sebuah tempat yang diduga adalah ke arah Kota Roma.

            Pertanyaan selanjutnya, saat Al-Fatih wafat, innalillahi atau alhamdulillah?

            Innalillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun, karena seorang panglima terbaik telah wafat. Tetapi, Alhamdulillahi rabbil-‘aalamiin karena Roma ternyata bukan milik dia. Artinya akan ada orang-orang setelahnya yang menaklukkan kota yang saat ini belum ditaklukkan kaum muslim tersebut. Mukinkah generasi kita?

Allahu a’lam bish-shawab.


 Sumber referensi:
1. Presentasi Ust. Felix Siauw tentang Penaklukan Kota Konstantinopel pada Latihan Kajian Islam Intensif di Amerika tahun 2013.
2. Presentasi Ust. Sahirul Alim, Lc. tentang biografi Muhammad II Al-Fatih pada rangkaian acara Festival Ilmuwan Muslim di Institut Prtanian Bogor tahun 2014.
3.  Buku Para Panglima Islam Penakluk Dunia yang dituli Muhammad Ali tahun 2016.

Sumber gambar:
1. Bahan presentasi Ust. Sahirul Alim, Lc.
2.  Penelusuran di google.com

Note:
>  Bagian epilog diambil dari kajian Ust. Felix Siauw dalam presentasinya.
>  Kisah tentang penaklukan Konstantinopel ini pernah diangkat ke dalam film pada tahun 2012 dengan judul Fetih 1453. Secara alur film ini cukup bagus, tetapi ada bagian-bagian cerita yang tidak sesuai dengan referensi-referensi yang ada, misal karakter Muhammad II Al-Fatih yang tak acuh pada anak-anaknya karena kesibukan persiapan perang, serta adanya scene yang menceritakan Hasan (sahabat Muhammad II Al-Fatih yang kemudian syahid saat mengibarkan bendera di menara tembok Konstantinopel) –mohon maaf- berzina dengan anak wanita dari Urban si seniman senjata.

Sebagai penutup, berikut sebuah nasyid tentang penaklukan Konstantinopel J



0 komentar:

Posting Komentar

 

©Copyright 2013 | Selengkapnya tentang Yayat | Facebook | Twitter |