Sepuluh Karakter Scientist

Selasa, 27 Agustus 2013 2 komentar
Kata apa yang pertama kali kita bayangkan ketika mendengar kata scientist? Tentu beragam jawaban setiap orang jika mendapatkan pertanyaan demikian. Mungkin tak akan sedikit orang yang akan menjawab dengan kata laboratorium, praktikum, biologi, kimia, percobaan, matematika, atau mungkin jawaban-jawaban lain yang berhugungan dengan sifatnya seperti mudah, ribet, terlalu teoritis, atau bahkan sulit, manusia langka, dan sebagainya lah ya.

 Sebenarnya sih nggak terlalu lebay kayak gitu juga. Bagi orang-orang yang belum mengerti mungkin ia, contohnya anak-anak SD, SMP, atau SMA yang ditanya tentang beberapa mata pelajaran yang berhubungngan dengan kata science seperti matematika, kimia, biologi atau fisika. Terkadang, mendengar namanya saja sudah membuat bulu kuduk berdiri, hehe. Maklumlah, selama ini pelajaran yang banyak sangkut-pautnya dengan science (dalam hal ini ilmu-ilmu dasar yang berhubungan dengan alam) memiliki citra sebagai mata pelajaran yang killer bagi beberapa siswa. Tapi tentunya, ini berbeda dengan dunia kampus -mahasiswa- yang sudah menetapkan hati untuk mendalami dunia ini.
Di dunia kampus, istilah scientist menjadi sebuah kata yang biasa saja, apalagi kita yang menetapkan hati untuk menekuni keilmuan dibawah bendera Fakultas Matematika dan IPA. Karena memang itulah mungkin yang akan menjadi “pekerjaan” kita nanti. Meskipun sebenarnya istilah scientist itu tidak hanya digunakan untuk orang-orang yang mendalami ilmu-ilmu MIPA, setiap orang yang mendalami suatu keilmuwan tertentu bisa dikatakan sebagai seorang scientist, tentunya scientist di bidang yang ditekuninya. Hanya saja, memang istilah science atau scientist sering diidentikan dengan ilmu-ilmu dasar yang berhubungan dengan alam.
Nah “kita” nih yang sudah menetapkan diri (jangan bilang ada yang terpaksa atau tersesat, hehe) untuk mendalami ilmu-ilmu MIPA setidaknya tidak lagi alergi jika ada yang memanggil scientist kepada kita. Karena memang itulah “resiko” orang-orang yang menekuni dunia MIPA (padahal biasa aja sih ya.. J). Sebenarnya  untuk menjadi seorang scientist sejati memang bukan pekerjaan gampang. Setidaknya kita harus memiliki beberapa karakter yang biasanya dimiliki oleh seorang scientist sejati.
Berikut ini ada beberapa karakter yang seharusnya ada pada diri seorang scientist. Cermati satu persatu ya, guys.

1.   Memiliki nilai-nilai dan semangat sipritual.
Dunia keilmuwan dan dunia kita sebagai Scientist tentunya tidak bisa lepas dari berbagai nilai-nilai spiritual atau keagamaan. Tidak ada pengkotak-kotakan antara ilmu yang satu dengan ilmu yang lain, termasuk antara “ilmu scientist” dengan pemahaman-pemahaman keagamaan. Nilai-nilai spirittual inilah yang akan membimbing arah dari ilmu yang kita miliki nantinya agar tidak menyesatkan kita.

2. Memiliki dasar yang bisa dipertanggungjawabkan.
     Artinya gini, Guys. Sebagai seorang scientist, dalam setiap tindakan kita harusnya memiliki sebuah dasar yang dipertanggungjawabkan atau dalam bahasa lainnya “dasar yang ilmiah.” Contohnya aja gini, jika kita akan melaksanakan suatu percobaan, tentunya kita harus membaca teori-teori dasar tentang percobaan itu. Atau saat kita akan melaksanakan suatu eksperimen, tentu saja kita juga harus mempunyai hipotesis yang berlandaskan teori-teori dasar.

3.   Memiliki kepribadian yang baik.
Sebagai seorang Scientist yang dipandang orang lain sebagai orang yang berilmu, tentunya kita harus mampu menampakkan keberilmuan kita dalam sikap sehari. Salah satunya nampak dalam cara kita berbicara, bertingkah laku dan bergaul denganmasyarakat. Artinya, sebagai seorang scientist, tidak cukup jika kita hanya mempunyai kemampuan keberilmua kita dalam tataran pikiran dan akal saja, tapi harus dapat diimplemenastikan dalah segala tindak-tanduk keseharian kita.


4. Wawasan keilmuan yang luas.
Seorang scientist tentu saja harus mempunyai wawasan yang luas, terutama dalam bidang yang ditekuninya. Ini tentunya untuk mendukung karakter dan kemapmuan scientist dibidangnya. Tapi,  guys, seorang scientist juga harus memiliki wawasan yang luas tentang kelimuan di luar bidangnya. Karena pada dasarnya, suatu keilmuan tidak dapat berdiri sendiri tanpa adanya bantuan dari keilmuan lainnya. Contohnya gini nih, untuk menentukan hasil-hasil dalam percobaan kimia atau fisika misalnya, kita membutuhkan beberpa teknik perhitungan dasar dari matematika seperti integral, penurunan dan lain-lain. Atau misalkan dengan ilmu-ilmu agama, tak jarang loh ada beberapa hasil-hasil percobaan ilmiah yang semakin menguatkan dalil-dalil dalam agama kita. Ini menunjukkan bahwa pada dasarnya suatu keilmuan itu tidak bisa berdiri sendiri. Oleh karana itu seorang scientist “wajib” punya wawasan yang luas.

5. Kuat/memadai secara fisik.
Nah buat yang satu ini mungkin kalimat yang cocok adalah memadai secara fisik. Artinya gini, guys, keadaan fisik seorang scientist haruslah mendukung terhadap bidang keilmuan yang digelutinya. Misalnya gini, seorang kimiawan (lagi-lagi kimia, gak papa ya.. J) tentu banyak bergelut dengan bahan-bahan kimia dong, nah secara fisik tentunya mereka membutuhkan keadaan tubuh yang tidak mudah alergi dengan berbagai bahan kimia, atau misalkan saat melakukan reaksi titrasi yang memerlukan kemampuang membaca warna, tentu saja mereka tidak boleh menderita penyakit buta warna. Dan masih banyak lagi contoh di bidang keilmuan lainnya… Oleh karen itu, seorang scientist harus “cocok” secara fisik, setidaknya dengan bidang keilmuannya. So, rajin-rajin olahraga dan jaga kesehatan ya. J


6. Mampu mengendalikan ambisi diri.
Tak sedikit scientist yang memiliki banyak ambisi tertentu dengan bidang keilmuannya. Misalkan ada beberapa biologist yang ingin merekayasa suatu genetetika tertentu, menghasilkan vaksin-vaksin penyakit, atau mungkin beberapa scientist berambisi untuk mendapatkan hadiah nobel. Emang gak salah sih, karena memiliki ambisi itu artinya kita mempunyai tujuan yang jelas untuk apa kita “bekerja” sebagai seorang scientist. Namun guys, ambisi-ambisi tersebut harus mampu kita arahkan ke jalan yang benar. Jangan sampai kita memiliki ambisi yang bisa menimbulkan kerusakan pada diri kita dan orang lain. Misalnya gini, ingin menciptakan virus penyakit baru yang resisten terhadap obat, atau ingin menciptakan bom untuk menghancurkan orang lain, dan lain-lain. Jangan sampai lah ya, na’udzubillahimindzalik. Seorang scientist harus mampu menjaga diri dan mengarahkan ambisinya kepada sesuatu yang tidak merugikan untuk dirinya sendiri danorang lain.

7. Mandiri.
Mandiri disini artinya gini, seorang scientist suatu saat pasti akan dihadapkan dengan keadaan dimana dia harus mempu mengerjakan suatu tindakan itu sendiri, tanpa bantuan orang lain. Atau misalkan suatu saat ketika sedang melakukan penelitian yang penting di laboratorium, tapi disaat bersamaan tidak ada teman yang menemani, tentunya mau-gak mau kita harus mampu bekerja secara mandiri. Tapi guys, mandiri disini bukan juga berarti individualis yang hanya mengutamakan diri sendiri. Seorang scientist sejatinya juga harus mempunyai kecakapan untuk bekerja dalam team. So, jangan samakan ya makna kata “mandiri” sama “individualis.”

8. Tertata segala urusannya.
Yang ini sudah pasti tahu lah ya, seorang scientist tentunya harus tertata dalam setiap urusannya. Contoh kecilnya aja gini, setiap mau praktikum pasti kita buat rancangan kerjanya dulu kan ya? Ini menunjukkan bahwa dalam hal sekecil apapun seorang scientist harus tertata dalam urusannya. Bayangin aja kalo misalkan dalam melakukan suatu percoabaan, urutan pekerjaannya ga berurutan, bisa-bisa tujuan tujuannya ga tercapai dan ujung-ujungnya bisa menimbulkan sesuatu yang membahayakan. Gak mau pastikan ya? Nah oleh sebab itu, sebagai seorang “calon scientist” mari kita biasakan menata segala urusan kita yuk.. J

9. Disiplin waktu.
Nah point yang ini tentunya berkaitan erat dengan point sebelumnya. Tertata dalam segala urusan tentunya teratur juga manajemem waktunya. Seorang scientist tentunya harus memiliki ketarutran waktu. Contohnya, dalam hal praktikum lagi, setiap tindakan tentu ada waktunya, misalkan waktu memanaskan, waktu mereaksikan senyawa, dan lain-lain. Ini menunjukkan bahwa memang seorang scientist dididik untuk menjadi seseorang yang pandai menjaga dan memanfaatkan waktunya, jangan sampai waktu yang berlalu sia-sia begitu saja.

10. Bermanfaat bagi yang lain.
Point yang terakhir ini erat kaitannya dengan point ke enam. Seorang scientist harus mampu membawa kebermanfaatan untuk orang lain dan lingkungan disekitarnya. Pada intinya, sembilan karakter scientist sebelumnya adalah jalan untuk menuju point terakhir ini. Seperti yang dikatakan oleh Rasulullah saw. dalam sebuah hadits, bahwasanya manusia terbaik adalah manusia yang bermanfaat bagi manusia lainnya. Oleh karena itu guys, sebenarnya menjadi scientist atau bukan nantinya, kita haruslah menjadi manusia yang bermanfaat untuk sesama. So, mulai belajar dari sekarang yuk untuk menebarkan kebermanafaatan untuk orang lain… J

2 komentar:

Posting Komentar

 

©Copyright 2013 | Selengkapnya tentang Yayat | Facebook | Twitter |