Yang Hilang Ditelan Zaman

Sabtu, 04 Januari 2014 0 komentar
            
Setumpuk buku, slide-slide kuliah, daftar tugas, dan segala hal yang berbau aktivitas kampus telah terlalu banyak menumpuk di atas meja. Laporan ini laporan itu, PR ini PR itu, rapat ini rapat itu, dan segala hal yang ini yang itu kadang membuatku berfikir bahwa semua ini telah terlalu banyak merenggut waktu dan pikiranku. Kalau orang lain mengatakan bosan mungkin aku pun ingin mengatakannya, tapi tak apa lah, pasti ada sesuatu yang besar dibalik tumpukan buku itu, di balik laporan-laporan praktikum yang membesarkan otot lengan, atau di balik rapat-rapat organisasi yang susul-menyusul tiada henti. Tiada apa, aku nikmati saja.
            Meja belajarku terletak tempat disamping jendela yang selalu terbuka lebar. Jendela ini yang kadang menjadi pelampiasan kejenuhan. Dari jendela ini kulihat dunia dengan lebih berbeda. Seperti hari ini, dari balik jendela, di depan asrama ada sebuah lapangan yang sering digunakan oleh anak-anak kecil di kampung dekat asramaku untuk bermain bola. Asramaku dan lapangan itu hanya dipisahkan oleh sebuah sungai yang mengalir tepat di depan asrama.

            Sore ini hujan mengguyur lapangan. Tanahnya mulai berubah menjadi lumpur di beberapa titik. Di balik jendela, anak-anak kecil yang biasa main ke asramaku nampaknya sedang asik berlari-lari saling berebut bola di atas lapangan itu. Sungguh, di bawah siraman hujan, di atas lapangan berlumpur, mereka bisa tertawa bebas, memerdekakan pikiran, merdeka dari setumpuk tugas atau laporan, dan sebagainya.
            Hujan dan lapangan itu, anak-anak itu, membawaku menuju suasana masa lalu. Masa yang sama ketika aku juga berlali di atas lapangan berlumpur, di bawah guyuran hujan. Ya, kadang aku merindukan masa itu. masa ketika PR itu bukan hal yang telalu dipikirkan, masa ketika tak ada lagi tuntutan untuk mengerjakan laporan, menghadiri rapat-rapat, atau apalah. Yang ada hanya aku, lapangan, hujan, dan teman-teman.
            Tahun 90an, memang banyak memberikan kenangan tak terlupakan yang mungkin jarang kulihat di zaman sekarang. Masih ingatkah kita saat  lagu Diobok-obok yang dinyanyikan Joshua banyak diputar, atau Sherina dengan filmnya. Atau dengan komik-komik Doraemon, Dragon Ball, dan Kungfu Boy. Satu komik yang masih kuingat sampai sekarang adalah komik Bintaro, kisah tentang seorang pahlawan yang kurang lebih seperti Hercules.


Masih ingatkah ketika lapangan di musim kemarau ramai dengan permainan seperti petak umpet, kejar-kejaran, boy-boyan, galasin yang kemudian berubah menjadi lapangan bola di musim hujan. Atau pada game Nintendo, Sega, atau Gameboy buat main game modern seperti Mario Bross dan Sonic.




Masih ingatkah ketika kita menghabiskan koinan di Telepon umum atau Wartel, menelpon teman-teman sekolah yang padahal rumahnya ada disebelah. Atau pada permainan monopoli, ular tangga, kartu hologram, kartu kuartet beserta bedak yang digunakan untuk mencoret wajah pemain yang kalah. Pada permainan tepuk gambar, kiw-kiw-an, dan main gepok. Atau pada balapan mobil Tamiya sampai lupa waktu, hingga akhirnya orang tuau datang ke tempat kita biasa bermain Tamiya.
Masih ingatkah pada coklat Ayam Jago, Wafer coklat merk Superman dan permen Jagoan Neon yang membuat lidah berwarna. Atau pada cemilan fuji, taro, kenji, paling laku kalo cemilannya kalo ada hadiahnya. Makan Gurimi mentah langsung dari bungkusnya, diremukan, dicampur bumbunya, lalu dimakan bersama teman-teman sampai menjilat bumbu-bumbunya yang masih tersisa

Masih ingatkah pada film Jiraiya, Jiban, Ninja Hatori, Ksatria Baja Hitam dan Saint Seiya, atau film lokal terbaik sepanjang masa: Wiro sableng J. Berlomba-lomba pulang duluan dari pengajian di madrasah supaya tidak ketinggalan film Haci si lebah sebatang kara dan Captain Tsubasa. Atau pada sepatu Pro-ATT yang di belakangnya ada lampu yang bisa menyala. Mengoleksi TAZOS dari chiki yang kadang bisa menjadi bahan kebanggan bagi kolektor terbanyak. Atau tentang gosip kalau dulu ada Pulpen yang aromanya sangat wangi itu mengandung narkoba. Merasa kurang gaul jika belum mengisi biodata atau diary punya teman di bindernya. Atau hal paling legendaris yang sampai sekarang misterinya belum terpecahkan: menyusun kata Y-O-S-A-N dari permen karet yang tak pernah berhasil karena tidak adanya huruf N.

Dan pada banyak lagi kisah–kisah masa lalu yang begitu unik, yang mungkin tak akan ditemukian lagi pada oleh anak-anak zaman sekarang. Sungguh, terkadang aku ingin kembali masa itu, masa-masa penuh kenangan.

Tapi masa lampau hanyalah masa lampau. Ia hanya kenangan yang hanya bisa dikenang, tidak untuk direka ulang. Yang pasti, kini aku hiup di zaman sekarang, dimana setumpuk  tugas dan tuntutan laporan adalah teman. Dan aku ingin menikmatinya. J

0 komentar:

Posting Komentar

 

©Copyright 2013 | Selengkapnya tentang Yayat | Facebook | Twitter |