Kata apa
yang pertama kali kita bayangkan ketika mendengar kata scientist? Tentu beragam jawaban setiap orang jika mendapatkan
pertanyaan demikian. Mungkin tak akan sedikit orang yang akan menjawab dengan
kata laboratorium, praktikum, biologi,
kimia, percobaan, matematika, atau mungkin jawaban-jawaban lain yang berhugungan
dengan sifatnya seperti mudah, ribet,
terlalu teoritis, atau bahkan sulit,
manusia langka, dan sebagainya lah ya.
Sebenarnya sih nggak terlalu lebay kayak gitu
juga. Bagi orang-orang yang belum mengerti mungkin ia, contohnya anak-anak SD,
SMP, atau SMA yang ditanya tentang beberapa mata pelajaran yang berhubungngan
dengan kata science seperti
matematika, kimia, biologi atau fisika. Terkadang, mendengar namanya saja sudah
membuat bulu kuduk berdiri, hehe. Maklumlah, selama ini pelajaran yang banyak
sangkut-pautnya dengan science (dalam
hal ini ilmu-ilmu dasar yang berhubungan dengan alam) memiliki citra sebagai
mata pelajaran yang killer bagi
beberapa siswa. Tapi tentunya, ini berbeda dengan dunia kampus -mahasiswa- yang
sudah menetapkan hati untuk mendalami dunia ini.
Di dunia
kampus, istilah scientist menjadi
sebuah kata yang biasa saja, apalagi kita yang menetapkan hati untuk menekuni
keilmuan dibawah bendera Fakultas Matematika dan IPA. Karena memang itulah
mungkin yang akan menjadi “pekerjaan” kita nanti. Meskipun sebenarnya istilah scientist itu tidak hanya digunakan
untuk orang-orang yang mendalami ilmu-ilmu MIPA, setiap orang yang mendalami suatu
keilmuwan tertentu bisa dikatakan sebagai seorang scientist, tentunya scientist
di bidang yang ditekuninya. Hanya saja, memang istilah science atau scientist
sering diidentikan dengan ilmu-ilmu dasar yang berhubungan dengan alam.
Nah “kita”
nih yang sudah menetapkan diri (jangan bilang ada yang terpaksa atau tersesat,
hehe) untuk mendalami ilmu-ilmu MIPA setidaknya tidak lagi alergi jika ada yang
memanggil scientist kepada kita. Karena
memang itulah “resiko” orang-orang yang menekuni dunia MIPA (padahal biasa aja
sih ya.. J).
Sebenarnya untuk menjadi seorang scientist sejati memang bukan pekerjaan
gampang. Setidaknya kita harus memiliki beberapa karakter yang biasanya
dimiliki oleh seorang scientist sejati.
Berikut ini
ada beberapa karakter yang seharusnya ada pada diri seorang scientist. Cermati satu persatu ya,
guys.
1.
Memiliki
nilai-nilai dan semangat sipritual.
Dunia keilmuwan dan dunia kita sebagai Scientist tentunya tidak
bisa lepas dari berbagai nilai-nilai spiritual atau keagamaan. Tidak ada
pengkotak-kotakan antara ilmu yang satu dengan ilmu yang lain, termasuk antara
“ilmu scientist” dengan pemahaman-pemahaman
keagamaan. Nilai-nilai spirittual inilah yang akan membimbing arah dari ilmu
yang kita miliki nantinya agar tidak menyesatkan kita.
2.
Memiliki dasar yang bisa dipertanggungjawabkan.
Artinya
gini, Guys. Sebagai seorang scientist,
dalam setiap tindakan kita harusnya memiliki sebuah dasar yang
dipertanggungjawabkan atau dalam bahasa lainnya “dasar yang ilmiah.” Contohnya
aja gini, jika kita akan melaksanakan suatu percobaan, tentunya kita harus
membaca teori-teori dasar tentang percobaan itu. Atau saat kita akan
melaksanakan suatu eksperimen, tentu saja kita juga harus mempunyai hipotesis
yang berlandaskan teori-teori dasar.
3.
Memiliki
kepribadian yang baik.
Sebagai seorang Scientist
yang dipandang orang lain sebagai orang yang berilmu, tentunya kita harus mampu
menampakkan keberilmuan kita dalam sikap sehari. Salah satunya nampak dalam
cara kita berbicara, bertingkah laku dan bergaul denganmasyarakat. Artinya,
sebagai seorang scientist, tidak
cukup jika kita hanya mempunyai kemampuan keberilmua kita dalam tataran pikiran
dan akal saja, tapi harus dapat diimplemenastikan dalah segala tindak-tanduk
keseharian kita.
4.
Wawasan keilmuan yang luas.
Seorang
scientist tentu saja harus mempunyai
wawasan yang luas, terutama dalam bidang yang ditekuninya. Ini tentunya untuk
mendukung karakter dan kemapmuan scientist
dibidangnya. Tapi, guys, seorang scientist juga harus memiliki wawasan
yang luas tentang kelimuan di luar bidangnya. Karena pada dasarnya, suatu
keilmuan tidak dapat berdiri sendiri tanpa adanya bantuan dari keilmuan
lainnya. Contohnya gini nih, untuk menentukan hasil-hasil dalam percobaan kimia
atau fisika misalnya, kita membutuhkan beberpa teknik perhitungan dasar dari matematika
seperti integral, penurunan dan lain-lain. Atau misalkan dengan ilmu-ilmu
agama, tak jarang loh ada beberapa hasil-hasil percobaan ilmiah yang semakin
menguatkan dalil-dalil dalam agama kita. Ini menunjukkan bahwa pada dasarnya
suatu keilmuan itu tidak bisa berdiri sendiri. Oleh karana itu seorang scientist “wajib” punya wawasan yang
luas.
5.
Kuat/memadai secara fisik.
Nah
buat yang satu ini mungkin kalimat yang cocok adalah memadai secara fisik.
Artinya gini, guys, keadaan fisik seorang scientist
haruslah mendukung terhadap bidang keilmuan yang digelutinya. Misalnya gini,
seorang kimiawan (lagi-lagi kimia, gak papa ya.. J)
tentu banyak bergelut dengan bahan-bahan kimia dong, nah secara fisik tentunya
mereka membutuhkan keadaan tubuh yang tidak mudah alergi dengan berbagai bahan
kimia, atau misalkan saat melakukan reaksi titrasi yang memerlukan kemampuang
membaca warna, tentu saja mereka tidak boleh menderita penyakit buta warna. Dan
masih banyak lagi contoh di bidang keilmuan lainnya… Oleh karen itu, seorang scientist harus “cocok” secara fisik,
setidaknya dengan bidang keilmuannya. So, rajin-rajin olahraga dan jaga
kesehatan ya. J
6.
Mampu mengendalikan ambisi diri.
Tak
sedikit scientist yang memiliki
banyak ambisi tertentu dengan bidang keilmuannya. Misalkan ada beberapa biologist yang ingin merekayasa suatu
genetetika tertentu, menghasilkan vaksin-vaksin penyakit, atau mungkin beberapa
scientist berambisi untuk mendapatkan
hadiah nobel. Emang gak salah sih, karena memiliki ambisi itu artinya kita
mempunyai tujuan yang jelas untuk apa kita “bekerja” sebagai seorang scientist. Namun guys, ambisi-ambisi
tersebut harus mampu kita arahkan ke jalan yang benar. Jangan sampai kita
memiliki ambisi yang bisa menimbulkan kerusakan pada diri kita dan orang lain.
Misalnya gini, ingin menciptakan virus penyakit baru yang resisten terhadap
obat, atau ingin menciptakan bom untuk menghancurkan orang lain, dan lain-lain.
Jangan sampai lah ya, na’udzubillahimindzalik.
Seorang scientist harus mampu
menjaga diri dan mengarahkan ambisinya kepada sesuatu yang tidak merugikan
untuk dirinya sendiri danorang lain.
7.
Mandiri.
Mandiri
disini artinya gini, seorang scientist suatu
saat pasti akan dihadapkan dengan keadaan dimana dia harus mempu mengerjakan
suatu tindakan itu sendiri, tanpa bantuan orang lain. Atau misalkan suatu saat
ketika sedang melakukan penelitian yang penting di laboratorium, tapi disaat
bersamaan tidak ada teman yang menemani, tentunya mau-gak mau kita harus mampu
bekerja secara mandiri. Tapi guys, mandiri disini bukan juga berarti individualis yang hanya mengutamakan
diri sendiri. Seorang scientist sejatinya
juga harus mempunyai kecakapan untuk bekerja dalam team. So, jangan samakan ya
makna kata “mandiri” sama “individualis.”
8.
Tertata segala urusannya.
Yang
ini sudah pasti tahu lah ya, seorang scientist
tentunya harus tertata dalam setiap urusannya. Contoh kecilnya aja gini, setiap
mau praktikum pasti kita buat rancangan kerjanya dulu kan ya? Ini menunjukkan
bahwa dalam hal sekecil apapun seorang scientist
harus tertata dalam urusannya. Bayangin aja kalo misalkan dalam melakukan suatu
percoabaan, urutan pekerjaannya ga berurutan, bisa-bisa tujuan tujuannya ga
tercapai dan ujung-ujungnya bisa menimbulkan sesuatu yang membahayakan. Gak mau
pastikan ya? Nah oleh sebab itu, sebagai seorang “calon scientist” mari kita biasakan menata segala urusan kita yuk.. J
9.
Disiplin waktu.
Nah
point yang ini tentunya berkaitan erat dengan point sebelumnya. Tertata dalam
segala urusan tentunya teratur juga manajemem waktunya. Seorang scientist tentunya harus memiliki
ketarutran waktu. Contohnya, dalam hal praktikum lagi, setiap tindakan tentu
ada waktunya, misalkan waktu memanaskan, waktu mereaksikan senyawa, dan
lain-lain. Ini menunjukkan bahwa memang seorang scientist dididik untuk menjadi seseorang yang pandai menjaga dan
memanfaatkan waktunya, jangan sampai waktu yang berlalu sia-sia begitu saja.
10.
Bermanfaat bagi yang lain.
Point
yang terakhir ini erat kaitannya dengan point ke enam. Seorang scientist harus mampu membawa
kebermanfaatan untuk orang lain dan lingkungan disekitarnya. Pada intinya,
sembilan karakter scientist
sebelumnya adalah jalan untuk menuju point terakhir ini. Seperti yang dikatakan
oleh Rasulullah saw. dalam sebuah hadits, bahwasanya manusia terbaik adalah
manusia yang bermanfaat bagi manusia lainnya. Oleh karena itu guys, sebenarnya
menjadi scientist atau bukan
nantinya, kita haruslah menjadi manusia yang bermanfaat untuk sesama. So, mulai
belajar dari sekarang yuk untuk menebarkan kebermanafaatan untuk orang lain… J
2 komentar:
aamiin
Siap dah
Posting Komentar