Peta Imperium Romawi dan Persia |
Jika pada pengetahuan modern kini
kita mengenal ada lebih dari 200an negara di dunia, maka pada awal abad ke
tujuh setidaknya hanya ada dua “negara” besar; Persia dan Imperium Romawi. Dua “negara”
inilah yang mengangkangi dunia saat itu. Pada masa itu, Konstantinopel dan Roma
adalah kota terkuat sekaligus terindah di dunia, keduanya merupakan pusat
kekuasaan Imperium Romawi.
Konstantinopel adalah yang
terindah pada saat itu; jumlah gereja di kota ini bahkan lebih banyak daripada
jumlah hari dalam setahun, setiap jalan diperkeras dengan batu porfiri dan batu
marmer, sebelah kiri dan kanannya bangunan-bangunan menjulang, dan yang paling
hebat dari kota ini adalah berdirinya sebuah bangunan paling megah dan paling
besar di dunia saat itu: Geraja Hagia Sophia (Aya Sofia). Seorang Rusia
berjalan dari tempatnya selama berbulan-bulan menuju Aya Sofia. Sesampainya disana,
ia masuk ke dalamnya dan takjub akan keindahan interiornya, “Kami terpesona
melihat keindahan Aya Sofia. Saat kami masuk ke dalamnya, kami sudah tidak tahu
lagi apakah kami masih berada di bumi ataukah sudah berada di surga”.
Keindahan kota Konstantinopel dengan Aya Sofia di tengah kotanya |
Napoleon pernah berkata, “Andai
dunia ini adalah suatu negara, maka kota yang paling pantas menjadi ibukotanya
adalah Konstantinopel”. Demikianlah indahnya kota Konstantinpel di masa itu,
setiap orang bermimpi untuk mengunjungi kota ini.
***
Tahun ke lima hijriah, dalam masa
persiapan menghadapi perang Ahzab, sebanyak 3.000 kaum muslim bersiap
menghadang 10.000 pasukan gabungan kaum kafir Quraisy dan Yahudi yang akan datang
menghancurkan Madinah. Atas saran Salman Al-Farisi, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salaam
memerintahkan penduduk Madinah untuk membuat parit sebagai bagian dari strategi
perang, hingga perang ini kemudian dikenal sebagai perang Khandaq (perang parit).
Peta Kota Madinah saat. Garis berwarna hijau tebal adalah jalur penggalian parit, bagian utara kota Madinah. |
Madinah bagian utara adalah
satu-satunya celah yang menjadi akses masuk ke kota ini, karena bagian lainnya
terdapat gunung-gunung yang cukup tinggi. Dibuatlah parit sepanjang 8 KM di bagian
utara. Di tengah kondisi tanah Arab yang begitu panas, kontur tanahnya yang
sulit untuk digali, serta suasana lapar yang mendera, beberapa orang mulai putus
asa dengan ide menggali parit. Pada kondisi tersebut, penduduk Madinah terbagi
menjadi dua golongan; pertama kaum Yahudi yang terpaksa ikut menggali, kedua
adalah mereka yang benar-benar beriman. Tidak sedikit dari kaum Yahudi yang
terpaksa ini meminta izin kepada Rasulullah shalallahu
‘alaihi wa salaam untuk berhenti menggali dengan berbagai alasan.
Pada jalur penggalian parit
terdapat sebuah batu yang sangat keras dan tidak bisa dipecahkan oleh para
sahabat. Salman Al-Farisi kemudian meminta Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salaam untuk melihat batu tersebut. Maka Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wa salaam melihat
langsung batu tersebut, dan kemudian beliau sendiri lah yang memecahkan batu
itu dengan tiga kali pukulan. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa dalam
setiap pukulannya, Rasulullah shalallahu
‘alaihi wa salaam melihat kota-kota besar di dunia yang kemudian akan
takluk di bawah bendera Islam. Di tengah situasi ini, kemudian salah seorang
sahabat bertanya kepada Ralullah shalallahu
‘alaihi wa salaam, “Ya Rasulullah, kota mana yang akan kita taklukkan besok?
Apakah Konstantinopel terlebih dahulu? Ataukah Roma dahulu?”. Mendengar
pertanyaan sahabat, kaum Yahudi lalu memperolok-olok pertanyaan itu, seraya
menganggap bahwa kaum muslim ini benar-benar gila. Di tengah kondisi yang
begitu sulit, dan bersiap menghadapi 10.000 pasukan musuh mereka masih berfikir
untuk menaklukkan dua kota terkuat di dunia, begitu ejekan dari kaum Yahudi.
Mendengar olok-olokan tersebut, Rasulullah shalallahu
‘alaihi wa salaam menjawab kepada mereka, sekaligus jawaban kepada kaum
Yahudi, “Kota Heraklius (Konstantinopel) akan ditaklukkan terlebih dahulu (HR.
Ahmad)”.
Singkat cerita, perang Ahzab
dimenangkan kaum muslim, Allah gambarkan kisah perang ini dalah surat Al-Ahzab.
Usai perang, Rasulullah shalallahu
‘alaihi wa salaam mengeluarkan kembali sebuah hadits tentang penaklukan
Konstantinopel.
لَتُفْتَحَنَّ الْقُسْطَنْطِينِيَّةُ فَلَنِعْمَ الْأَمِيرُ أَمِيرُهَا
وَلَنِعْمَ الْجَيْشُ ذَلِكَ الْجَيْشُ
“Sungguh, kota Konstantinopel akan jatuh ke
tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin, dan
pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan”.
(H.R. Ahmad)
Siapa
yang tak tergiur dengan janji predikat pemimpin dan pasukan terbaik menurut Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wa salaam?
Semenjak hadits tersebut meluncur dari lisan mulia sang Nabi, berbagai
percobaan penaklukan kota Konstantinopel dilakukan oleh kaum muslim, terus
berulang sampai beberapa generasi kekhalifahan.
Pada
masa kekhalifahan Muawiyyah, seorang tua renta bernama Abu Ayyub Al-Anshari meminta
kepada Muawiyyah untuk ikut menjadi pasukan yang akan berangkat ke
Konstantinopel. Melihat fisiknya yang sudah melemah dimakan 80 tahun usianya,
Muawiyyah melarang Abu Ayyub untuk ikut berperang. Namun Abu Ayyub beralasan,
semasa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa
salaam masih hidup, ia pernah berjanji kepada Nabi, tetapi Abu Ayyub tidak
mau memberi tahu Muawiyyah apa isi janjinya. Diberangkatkanlah Abu Ayyub
bersama para pasukan menunju Konstantinopel pada tahun 674 M. Di tengah
perjalanan, Abu Ayyub menemui ajalnya. Sebelum ajalnya tiba, ia akhirnya
memberi tahu bahwa janjinya kepada Nabi adalah bahwa ia akan mendengarkan
gemericik pedang dan derapan kuda pasukan yang akan menaklukan Konstantinopel.
Oleh sebab itu ia berwasiat agar para pasukan menguburkan jenazahnya di titik
terdekat kota Konsatntinopel yang bisa dicapai kaum Muslim. Penaklukan ini
gagal.
Masih pada masa kekhalifahan Bani
Umayyah, tahun 674 M Junadah bin Abi Umayyah Al-Azdy mencoba menaklukkan
Konstantinopel, diikuti percobaan Maslamah
bin Abdul Malik pada tahun 717 M. Keduanya gagal. Beralih ke masa kekhalifahan
Bani Abbasiyah, Khalifah Harun Ar-Rasyid juga mencoba penaklukan Konstantinopel
pada tahun 811 M, diikkuti Sultan Beyazid I tahun 1396 M dan Sultan Murad II
pada tahun 1422 M. Semua percobaan ini gagal.
***
Tanggal
30 Maret 1432 M, bertepatan dengang tanggal 27 Rajab 535 H, Huma Hatun, istri
Sultan Murad II melahirkan seorang putra yang kemudian diberi nama Muhammad
Ats-Tsani (Muhammad II). Kegagalan Sultan Murad II dalam usaha penaklukan
Konstantinopel tidak memadamkan ambisinya untuk membuktikan kebenaran hadits
Nabi. Ia akhirnya menumpukan impian itu kepada sang anak, Muhammad II. Maka
segala persiapan dan perbekalan diberikan Sultan Murad II kepada Muhammad II,
agar pada masanya ia siap untuk menaklukan kota yang sudah berusia lebih dari 1.000
tahun itu.
Persiapan
yang paling berpengaruh kepada sosok Muhammad II adalah dihadirkannya guru-guru
yang setiap hari memberikan berbagai macam ilmu kepada Muhammad II. Dua
diantara gurunya yang termahsyur adalah Syaikh Ahmad Al-Kurani dan Syaikh Aaq
Syamsuddin. Sesuai dengan namanya, Syaikh Ahmad Al-Kurani diberikan tugas untuk
mengajarkan Al-Qur’an kepada Muhammad II, hingga pada usia 8 tahun Muhammad II
khatam menghafal 30 juz Al-Qur’an. Sementara itu, Syaikh Aaq Syamsuddin diberi
tugas khusus untuk mengajarkan ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu mental. Dari
guru-gurunya tersebut Muhammad II
menjelma menjadi seorang yang telah siap menjadi sosok yang akan mencatatkan
namanya dalam sejarah. Di usia 16 tahun ia kuasai 8 bahasa: Arab, Turki,
Persia, Yunani, Serbia, Italia, Prancis, dan Latin. Selain itu ia juga
menguasasi ilmu-ilmu sejarah, geografi, matematika, astronomi, seni dan sastra,
selain yang utama tentu ilmu perang/militer dan pemerintahan. Ia diangkat
menjadi sultan pada usia 12 tahun.
Syaikh
Aaq Syamsuddin menjadi sosok paling berpengaruh dalam pembentukan karakter
Muhammad II. Setiap hari, Syaikh Aaq Syamsuddin membacakan sejarah-sejarah
kepahlawanan dan perjuangan umat muslim sebelumnya. Suatu hari Syaikh Aaq
Syamsuddin mengajak Muhammad II untuk melihat kota Konstantinopel dari kejauhan.
“Apakah
kamu melihat kota itu?”, tanya syaikh.
“Iya.
Konstantinopel, kota yang akan kita taklukkan”, jawab Muhammad II.
“Baik.
Selain itu apa lagi?”, tanya syaikh kembali.
“Kota
yang akan kita taklukkan!”
“Selain
itu apa lagi?”
“Kota
yang akan kita taklukkan!”
“Tidak. Kota
itu pernah didatangi oleh ayahmu dan dia tidak bisa menaklukkannya. Kota itu
pernah didatangi oleh kakekmu dan dia tidak bisa menaklukkannya. Kota itu
pernah didatangi oleh buyutmu dan dia tidak bisa menaklukkannya. Dan
anak-anakmu akan datang ke kota yang sama, tetapi mereka tidak akan mampu
menaklukkannya. Cucu-cucumu juga akan mencoba hal yang sama, tetapi mereka akan
gagal. Karena menurutku, orang yang akan menaklukkannya saat ini sedang berdiri
di hadapanku. Engkau Muhammad II, orang yang akan menaklukkan kota itu”, tutup
syaikh.
Mulai saat itu, Muhammad II
menambah satu keyakinan dalam dirinya, bahwa ia lah yang akan menaklukkan kota
Konstantinopel.
Dalam persiapannya untuk
menaklukkan kota Kontsantinopel, ia mempersiapkan sebuah pasukan khusus yang
terdiri dari 7.000 orang: pasukan Inkisaria
dalam bahasa Arab, atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan pasukan Royal Janissaries. Pasukan ini tercatat
sebagai pasukan militer terkuat di dunia sampai perang dunia pertama. Pasukan
ini dilatih secara khusus, ditempatkan di barak-barak khusus dengan satu ulama
di setiap barak. Tugas dari para ulama ini adalah memberikan ilmu-ilmu agama
dan membentuk mental mujahid pada pasukan ini.
Selain mempersiapkan pasukan,
Muhammad II juga mempersiapkan dirinya sendiri untuk menghadapi penaklukkan
terbesar saat itu. Ia sadar bahwa pemimpin terbaik yang disebut Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salaam bukanlah
orang biasa. Yang terbaik di mata Nabi tentulah yang paling dekat dengan
Tuhannya. Maka sejak usia baligh, Muhammad II tidak pernah sekalipun
meninggalkan shalat rawatib dan tahajjud semasa hidupnya sampai ia wafat kelak.
Konstantinopel adalah kota yang
bentuknya menyerupai segi tiga. Kota ini terletak di Selat Bosporus, selat yang
memisakan benua Eropa dan dan Asia. Hampir seluruh bagian kota ini dikelilingi
laut, kecuali bagian barat yang berbatasan dengan daratan benua Eropa. Sebelah
utara kota adalah Teluk Tanduk Emas (Golden
Horn Bay), Selat Bosporus di sebelah timur, dan Laut Marmara di sebelah
selatan. Seluruh tepian kota ini, baik yang berbatasan dengan lautan maupun
daratan, dikeliling oleh benteng yang tidak dapat dijebol oleh siapapun selama
lebih dari 1.000 tahun.
Peta kota Konstantinopel dengan wilayah-wilayah perbatasan di sekelilingnya |
Dalam persiapannya untuk
menaklukkan Konstantinopel, Muhammad II membangun sebuah benteng di Selat
Bosporus di daratan Eropa. Sebelumnya, buyut Muhammad II, Sultan Beyazid dalam
usaha penaklukkan Konstantinopel juga pernah membuat sebuah benteng di Selat
Bosporus di daratan Asia, benteng yang dinamai Anadolu Hisari (benteng
Anatolia/Asia Kecil, 1393-1393 M). Benteng yang dibangun Muhammad II dinamai
benteng Rumeli Hisari (1452 M), dibangun tepat di sebrang benteng Anadolu
Hisari. Maka di Selat Bosporus terdapat dua benteng yang saling berhadapan.
Pasukan Muhammad II menyebut kedua benteng ini sebagai “penggorok tenggorokan”,
karena dengan berdirinya kedua benteng di dua sisi Selat Bosporus maka pasukan
muslim dengan mudah dapat menghadang datangnya bala bantuan pasukan romawi ke
Konstantinopel jika kota itu diserang.
Lokasi pembangunan Rumeli Hisari di Selat Bosporus daratan Eropa (lingkaran merah sebelah kiri), sebelah kanan (daratan Asia) adalah Anadolu Hisari. |
Benteng Anadolu Hisari |
Benteng Rumeli Hisari |
Satu halangan terbesar Muhammad
II untuk menaklukkan Konstantinopel adalah tembok kota Konstantinopel yang
mengurung seluruh bagian kota. Tembok ini juga yang menjadi penghalang para
pendahulunya untuk melakukan penaklukan. Tembok yang tidak dapat dijebol oleh
siapapun selama lebih dari 1.000 tahun. Muhammad II belum punya rencana apapun
untuk menjebol tembok ini. Karena satu-satunya cara untuk menaklukkan
Konstantinopel adalah melewati tembok tersebut.
Tembok kota Konstantinopel |
Lapisan-lapisan tembok kota Konstantinopel |
Gambaran tingginya tembok kota Konstantinopel |
Pucuk
dicinta ulampun tiba! Seorang seniman senjata beragama Nasrani,
Urban namanya, memiliki sebuah rancangan meriam yang menjadi meriam terbesar di
dunia saat itu, dinamai The First Super
Gun (Basilica Canon). Untuk merealisasikan rancangannya, ia mendatangi
penguasa Konstantinopel untuk membiayai pembuatan meriam itu. Penguasa
Konstantinopel menyetujuinya. Ia mempersilakan Urban untuk tinggal di dalam
kota sambil menunggu kota mengumpulkan uang untuk membuat meriam tersebut.
Satu tahun berlalu, penguasa
konstantinopel tidak juga merealisasikan rancangan meriam tersebut. Urban
akhirnya keluar dari Konstantinopel. Ia menawarkan rancangannya kepada Sultan
Muhammad II. Dan inilah yang dibutuhkan Muhammad II. Ia menyetujui pembiayaan untuk
membuat meriam raksasa itu. Urban membuatnya dengan biaya dari kesultanan
Muhammad II. Setelah diuji coba,
Muhammad II terkesan dengan kemampuan meriam yang diciptakan Urban. Muhammad II
lalu meminta Urban untuk membuat meriam yang ukurannya dua kali lipat lebih
besar dari yang diciptakannya ini. Dalam satu tahun, Urban berhasil membuat 69
buah meriam yang diminta oleh Muhammad II. Inilah meriam-meriam terbesar yang
pernah ada sampai zaman itu. Meriam yang mejadi senjata utama pasukan Muhammad
II untuk menaklukkan Konstantinopel.
Basilica Canon yang dirancang Urban |
Basilica Canon kini tersimpan di salah satu museum di Inggris |
Muhammad II memberangkatkan
pasukannya menuju Konstantinopel. Sebanyak 250.000 pasukannya berangkat melalui
daratan untuk menuju bagian barat kota Konstantinopel. Di bagian barat ini,
tembok sepanjang 7.5 KM membentang dari ujung pantai di Teluk Golden Horn sampai ke pantai di Laut
Marmara. Di arah selatan, Muhammad II menyerang Konstantinopel dari Laut
Marmara, dari sebalah timur, ia mencoba memasuki Teluk Golden Horn dari arah Selat Bosporus. Armada laut yang ia kerahkan
mencakup 400 kapal, jumlah yang cukup banyak pada saat itu.
Pasukan
yang berangkat menuju arah barat berjalan dari Adrianopel selama kurang lebih
dua bulan perjalanan, mereka tiba di depan kota Konstantinopel pada hari Kamis,
5 April 1453. Saat mereka berarakan menuju Konstantinopel, para pasukan
menyebutkan bahwa di siang hari mereka tidak dapat melihat cahaya matahari
masuk menembus kaki mereka karena terhalang tombak-tombak mereka yang ribuan,
sedang di malam hari mereka tidak dapat melihat permukaan tanah karena tertutup
barak-barak mereka. Setibanya di depan kota, orang-orang Konstantinopel juga
menyebutkan bahwa mereka melihat pasukan muslim ini laksana lautan besi. Baju-baju
perang mereka memantulkan sinar-sinar matahari yang berkilauan, membentang dari
ujung pantai ke pantai lain, persis seperti panjangnya tembok kota di sebelah barat.
Selang
sehari, bertepatan dengan hari Jumat, 6 April 1453, Muhammad II memajukan
pasukannya ke depan kota. Ia berdiskusi dengan penguasa Konstantinopel, meminta
kota untuk diserahkan kepada pasukan muslim dan menyerah secara damai. Namun
penguasa Konstantinopel menolak, ia memilih untuk berperang. Maka tantangan
perang itu diterima Muhammad II. Pada hari itu juga, Muhammad II membariskan
pasukannya pada jarak 1.5 KM dari tembok kota, jarak yang cukup jauh untuk
dipanah, tapi cukup jelas untuk dipandang. Ia kemudian memimpin pasukan untuk
melakukan sebuah pertunjukan keimanan: Shalat Jumat berjamaah bersama 250.00
pasukan. Sebagaimana Nabi dahulu selalu memulai peperangan di hari Jumat, maka
Muhammad II pun memulai penaklukan Konstantinopel pada hari mulia itu.
Ilustrasi shalat Jumat pasukan Muhammad II, diambil dari scene film Fetih 1453 |
Dari
arah selatan di Laut Marmara, pasukan muslim menyerang dengan 400 kapal armada
lautnya. Sementara dari sebelah timur, armada lautnya masih mencoba untuk
menembus ke kawasan Teluk Golden Horn.
Penyerangan dari arah laut ini gagal total. Empat ratus kapal laut yang
dikerahkan kesulitan melawan perlawanan dari balik tembok. Sementara itu, pasukan
di sebelah barat menembakkan meriam-meriam raksasa ke arah tembok. Namun disini
baru ditemukan kelemahan meriam-meriam raksasa itu. Kelemahannya adalah waktu reload yang diperlukan cukup lama, yaitu
3 jam setiap kali reload. Setiap selasai
ditembakkan, meriam-meriam itu panas dan butuh waktu yang lama untuk penembakan
yang selanjutnya. Jika dipaksakan menembak, meriam-meriam raksasa itu bisa
meledak. Kelemahan waktu reload yang
lama ini dapat dimanfaatkan pasukan kota Konstantinopepl untuk memperbaiki
kerusakan tembok. Sehingga, berapa kali pun tembakan dilakukan, selalu ada
waktu untuk memperbaiki bagian tembok yang jebol.
Sampai tanggal 20 April serangan
terus dilakukan, tapi tidak terlihat tanda-tanda kota in akan takluk. Yang
terlihat justru semakin banyaknya pasukan
yang meninggal, logistik semakin berkurang, dan beberapa pasukan mulai
ada yang merasakan putus asa dengan keadaan tersebut. Muhammad II tahu mental
pasukannya turun. Ia kemudian mengumpulkan semua komandannya, dan berkata kepada
mereka, “Apakah kita akan melanjutkan peperangan ini, atau berhenti dan pulang
ke tempat asal kita?”. Seorang mualaf yang ada dalam barisan pasukannya
kemudian menjawab bahwa ia tidak rela jika harus kembali, ia dan seluruh
pasukan datang kesini untuk bisa menaklukkan kota, atau untuk mati di jalan
Allah. Muhammad II pun memilih untuk melanjutkan penaklukan. Tanggal 21 April
serangan dilanjutkan dari 3 arah, tetapi semua tetap gagal.
Seorang penasehat kemudian berdiskusi
dengan Muhammad II. Ia menyatakan bahwa alasan kegagalan penyerangan selama ini
adalah strategi memperbaiki tembok yang jebol oleh pasukan kota. Jika ini terus
berlangsung tidak akan ada gunanya pasukan muslim terus menembakkan meriam. Maka
satu-satunya cara untuk mengatasi ini adalah memecah konsentrasi pasukan kota yang
bertugas memperbaiki tembok ini. Bagian utara kota, yaitu kawasan Teluk Golden Horn adalah satu-satunya bagian
kota yang belum diserang. Jika bagian ini bisa diserang, maka konsentrasi
pasukan kota yang selama ini terpusat di sebalah barat bisa terpecah. Muhammad
II memikirkan strategi agar kapal-kapal laut pasukannya bisa masuk ke teluk
ini.
Teluk Golden Horn adalah area perairan yang diapit oleh daratan kota
Konstantinopel dan Bukit Galata. Satu-satunya akses masuk ke teluk ini adalah
dari arah Selat Bosporus, tetapi akses ini dihalangi oleh sebuah rantai besar
yang membentang dari kota Konstantinopel ke Bukit Galata. Rantai ini memang
sengaja di pasang oleh pasukan kota sebagai pertahanan dari arah Teluk Golden Horn. Inilah yang menyebabkan
kapal-kapal pasukan muslim tidak dapat mencapai kawasan teluk terebut.
Teluk Golden Horn, garis merah putus-putus adalah lokasi dibentangkannya rantai |
Rantai yang saat itu dibentangkan di Teluk Golden Horn |
Muhammad II kemudian mengajukan
sebuah rencana yang tidak terpikirkan sebelumnya. Rantai yang membentang di
pintu masuk teluk ini adalah rantai yang sangat kokoh dan tidak bisa ditembus. Maka
satu-satunya strategi yang ditawarkan Muhammad II untuk memindahkan kapal-kapal
perangnya ke Teluk Golden Horn adalah
melalui daratan di Bukit Galata. Ide gila, kata para pasukannya. Tetapi
Muhammad II menjawab keraguan para pasukannya, ia mengatakan bahwa jika pasukan
muslim tidak pernah membayangkan untuk melakukannya, maka pasukan kota
Konstantinopel pun tak akan pernah membayangkannya.
Maka pada tanggal 21 April
disepakati, kapal-kapal dari Selat Bosporus akan dipindahkan ke Teluk Golden Horn melalui Bukit Galata. Maka esoknya,
terjadilah sebuah keajaiban strategi perang. Sebanyak 72 kapal berhasil
dipindahkan ke Teluk Golden Horn
hanya dalam waktu satu malam. Pagi hari tanggal 22 April, orang-orang
Konstantinopel naik ke atas menara, dan kemudian mereka melihat sebuah
pemandangan yang merenggut nyali mereka. Bendera-bendera Islam berkibar di
Bukit Galata, sementara di area Teluk Golden
Horn kapal-kapal pasukan muslim sudah siap menyerang tembok bagian utara
kota. Kawasan yang awalnya mereka anggap paling aman berubah menjadi kawasn
paling berbahaya, dan mereka katakan, ”Constantinple
is over”.
Garis biru putus-putus adalah jalur pemindahan kapal ke Teluk Golden Horn |
Ilustrasi jalur daran yang ditempuh untuk memindahkan kapal ke Teluk Golden Horn |
Penyerangan tetap dilakuakan dari
semua arah. Pasukan kota mulai terbagi konsentrasinya untuk memperbaiki tembok
yang jebol. Perlahan-lahan kerusakan tembok di beberapa tempat tidak bisa
diperbaiki lagi. Selama masa penyerangan itu, sampai tanggal 27 Mei 1453,
Muhammad II telah mengerahkan semua inovasi perang yang tidak pernah ada
sebelumnya: meriam-meriam raksasa, menara-menara kayu yang tingginya sama
dengan tinggi tembok untuk melakukan penyerangan, serta memindahkan kapal
melalui daratan. Pasukan muslim berhasil membuat lubang di tembok kota yang
tidak dapat diperbaiki lagi. Tepat pada hari itu, Muhammmad II meminta seluruh
pasukannya untuk menghentikan penyerangan. Ia merencanakan serangan terakhir
dua hari setelah hari itu. Pada tanggal 28 Mei 1453, ia meminta pasukannya
untuk berpuasa, melakukan banyak kegiatan ibadah, dan meninggalkan
perbuatan-perbuatan dosa. Semua ini ia lakukan karena ia sadar bahwa pertolongan
Allah akan sampai kepada hamba-Nya yang taat, dan perbuatan dosa akan menunda
datangnya pertolongan Allah. Maka pada hari itu, seluruh pasukan berpuasa,
ulama-ulama membacakan ayat-ayat Qur’an, ulama-ulama mebacakan hadits-hadits
tentang kemuliaan penaklukan kota Konstantinopel.
Ilustrasi jebolnya tembok kota Konstantinopel |
Pukul 1 malam tanggal 29 Mei 1453,
Muhammad II yang saat itu menginjak usia ke 21 tahun memberikan sebuah khutbah
kepada pasukannya ba’da shalat tahajjud, sebuah khutbah yang terkenal hingga
saat ini.
“Jika penaklukkan kota Konstantinopel sukses,
maka sabda Rasul telah menjadi kenyataan, dan salah satu mukjizatnya kelak akan
terbukti. Maka kita akan mendapatkan bagian daripada janji hadits ini, yaitu
kemuliaan dan penghargaan.
Oleh karena itu, sampaikan kepada setiap
pasukan, kemenangan besar yang akan kita capai akan menambah ketnggian dan
kemuliaan Islam.
Untuk itu wajib bagi setiap pasukan, menjaga
agar syariat Islam selalu di depan mata dia, dan jangan sampai satu pun melanggar
syariat Allah yang mulia.
Jangan mengganggu orang-orang yang tidak
berdaya, jangan ganggu para pendeta, jangan ganggu para wanita, jangan ganggu
orang-orang yang bersembunyi di dalam gereja, jangan ganggu mereka semua kalau
kita berhasil menaklukan kota ini.”
Ilustrasi saat memasuki kota |
Pukul
2 dini hari, pasukan diberangkatkan. Serangan digencarkan sampai pagi tiba. Sekitar
pukul setengah 7 pagi, pasukan inti Inkisaria/Royal
Janissaries dikeluarkan. Maka sebelum terbit matahari pagi, Konstantinopel
takluk di tangan kaum muslimin. Tanggal 29 Mei 1453, Muhammad II masuk ke dalam
gerbang kota dan mengucapkan, “Alhamdulillah, semoga Allah merahmati para
syuhada’, memberikan kemuliaan kepada mujahiddin, serta kebanggan dan syukur
buat rakyatku.”
Muhammad
II dan pasukannya masuk dengan bendera Islam. Ia berjalan menuju Gereja Aya
Sofia. Sesampainya disana, ia mengagumi bangunan yang megah itu. Ia turun dari
kudanya dan bersujud ke arah Mekkah, mengambil segenggam tanah Konstantinopel
dan menaruhnya di atas kepala, sebagai wujud bahwa dia adalah hanyalah manusia
yang tercipta dari tanah.
Muhammad
II memasuki Aya Sofia, ia mendapati ribuan orang menangis histeris karena
mereka takut kan dibunuh. Mereka takut Muhammad II akan melakukan balas dendam
atas apa yang terjadi pada umat muslim di Spanyol. Pada waktu yang sebelumnya,
Pasukan Salib berhasil merebut Spanyol dari tangan kaum muslim, dan mereka
memberlakukan Mahkamah Inkuisisi, yaitu memberikan pilihan kepada umat muslim
untuk mengganti agama mereka menjadi Nasrani atau memilih untuk dibunuh. Tetapi
Muhammad II tidak melakukan itu. Ia meminta semua orang yang ada di dalam Aya
Sofia untuk keluar. Ia menjamin setiap orang yang memilih tetap tinggal di kota
akan aman, ia menjamin rumah-rumah mereka, dan seluruh properti mereka. Ia juga
mempersilakan orang-orang yang ingin keluar dari kota, pasukannya akan
mengawalnya sampai ke gerbang kota. Dan ia meminta Aya Sofia dijadikan masjid.
Maka
pada hari itu, semua patung-patung, lukisan-lukisan dikeluarkan dari Aya Sofia,
serta dibuatkan mimbar di tempat yang paling bagus sampai waktu menjelang
petang. Pada waktu Ashar tanggal 29 mei 1453, untuk pertama kalinya adzan
berkumandang di kota Konstantinopel;
Allahu akbar, Allahu akbar
…
54 hari perang, 825 tahun sejak hadits
penaklukkannya meluncur dari lisan Nabi.
Konstantinopel takluk.
***
-epilog-
Apa
sebenarnya rahasia mereka dan pasukan-pasukan muslim sebelumnya dalam
penaklukkan Konstantinopel ini? Rahasia mereka adalah:
They believe in something that can’t be seen
by eyes.
Mereka
percaya pada suatu hal yang tidak dapat dilihat oleh mata. Inilah iman kepada
yang ghaib. Iman kepada apa-apa yang dituturkan oleh lisan mulia Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa salaam. Inilah perkara
iman, yang di tahun 5 Hijriah dapat membedakan mana Yahudi yang terpaksa dan
mana orang yang benar-benar beriman. Maka dari sini muncul satu pertanyaan,
yakinkah kita bahwa suatu hari akan ada kota kedua yang akan ditaklukan setelah
Konstantinopel? Ya, Roma. Muhammad II yang kemudian digelari Muhammad II
Al-Fatih (Sang Penakluk) telah membuktikan bahwa hadits Nabi tidak main-main.
Di
usia 49 tahun, Muhammad II Al-Fatih mempersiapkan sebuah pasukan yang jumlahnya
lebih besar dan lebih kuat dari pada pasukannya saat menaklukan Konstantinopel.
Ia wafat setelah diracuni oleh seorang dokter saat ia memberangkatkan
pasukannya ke sebuah tempat yang diduga adalah ke arah Kota Roma.
Pertanyaan
selanjutnya, saat Al-Fatih wafat, innalillahi
atau alhamdulillah?
Innalillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun,
karena seorang panglima terbaik telah wafat. Tetapi, Alhamdulillahi rabbil-‘aalamiin karena Roma ternyata bukan milik dia.
Artinya akan ada orang-orang setelahnya yang menaklukkan kota yang saat ini
belum ditaklukkan kaum muslim tersebut. Mukinkah generasi kita?
Allahu a’lam
bish-shawab.
Sumber referensi:
1.
Presentasi Ust. Felix Siauw tentang Penaklukan Kota Konstantinopel pada Latihan
Kajian Islam Intensif di Amerika tahun 2013.
2.
Presentasi Ust. Sahirul Alim, Lc. tentang biografi Muhammad II Al-Fatih pada
rangkaian acara Festival Ilmuwan Muslim di Institut Prtanian Bogor tahun 2014.
3. Buku Para Panglima Islam Penakluk Dunia yang
dituli Muhammad Ali tahun 2016.
Sumber gambar:
1. Bahan presentasi Ust.
Sahirul Alim, Lc.
2. Penelusuran di google.com
Note:
> Bagian epilog diambil dari kajian Ust. Felix
Siauw dalam presentasinya.
> Kisah tentang penaklukan Konstantinopel ini
pernah diangkat ke dalam film pada tahun 2012 dengan judul Fetih 1453. Secara
alur film ini cukup bagus, tetapi ada bagian-bagian cerita yang tidak sesuai
dengan referensi-referensi yang ada, misal karakter Muhammad II Al-Fatih yang
tak acuh pada anak-anaknya karena kesibukan persiapan perang, serta adanya scene yang
menceritakan Hasan (sahabat Muhammad II Al-Fatih yang kemudian syahid saat
mengibarkan bendera di menara tembok Konstantinopel) –mohon maaf- berzina
dengan anak wanita dari Urban si seniman senjata.
0 komentar:
Posting Komentar