Kepemimpinan Profetik

Jumat, 25 Januari 2013 0 komentar
Sebagai seorang manusia, sebagaimana diberitakan Allah dalam Surat Al-Baqoroh kita mempunyai satu posisi yang sangat urgent. Saking urgent-nya, sampai-sampai diceritakan dalam ayat yang sama bahwa para malaikat protes kepada Allah atas keputusan  tersebut. Para malaikat menganggap bahwa manusia kuranglah  tepat untuk menyandang posisi tersebut karena sifatnya yang berbuat kerusakan dan menumpahkan darah. Lantas, sebenarnya posisi apakah yang sangat urgent ini? Ya, posisi itu dalah kita sebagai kholifah fil ard.

Dalam berbagai penafsiran, kholifah salah satunya diterjemahkan sebagai pemimipin. Dengan pengartian ini, dapat kita simpulkan bahwa setiap kita -manusia- sejatinya mengemban tugas sebagai seorang pemimpin. Hal ini juga yang diperkuat oleh Rasulullah saw dalam haditsnya; “Setiap kamu adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang ia pimpin” (Mutafaq ‘alaih).
Sebagai seorang Muslim, ada hal berbeda yang harus kita bawa dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam kepemimpinan. Hal tersebut adalah nilai-nilai ilahiyyah yang merupakan nilai-nilai acuan yang harus senatiasa kita aplikasikan secara komperehensif dalam kehidupan. Dalam dunia kepemimpinan, ini menjadi sangat penting untuk dijadikan jatidiri dan karakteristik kepemimpinan kita. Seperti yang kita tahu, karakter kepemimpinan setiap orang berbeda-beda, ada yang otoriter, ada yang demokratis, ada yang khasrimatik, atau apapun. Kita sebagai seorang muslim harus punya tipe kepemimpinan sendiri yang khas, yaitu kepemimpinan profetik.
Profetik artinya penghambaan yang hanya kepada Allah swt., sifat-sifat profetik diambil dan dipelajari dari kisah-kisah nabi dan para sahabat (profetik, prophet = nabi). Konsep kepemimpinan profetik disampaikan oleh Alm. Prof. Dr. Kuntowijoyo berdasarkan pemahamannya tehadap Surat Ali Imron ayat 110, Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”.
Dengan pemahamanya, beliau menjelaskan bahwa kepemimpinan profetik membawa tiga misi utama, yaitu sebagai berikut.
1.  Menyuruh kepada yang baik (ta’muruna bil ma’ruf). Ini adalah misi humanisasi (pemanusiaan) dengan tujuan memanusiakan manusia.
2. Mencegah dari yang buruk (tanhauna anil munkar). Ini adalah misi liberasi (Pembebasan) dengan tujuan  membebaskan manusia dari belenggu keterpurukan dan ketertindasan.
3. Beriman kepada Allah (tu’minuna billah). Ini adalah misi transedensi dengan tujuan menghidupkan kesadaran ilahiyyah sehingga dapat menggerakan hati dan bersikap ikhlas dalam hal apapun.
Ketiga misi tersebut dapat kita capai dengan menjalankan epmat tahapan tugas yang diberitakan Allah swt. dalam surat Al-Baqoroh ayat 151, Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui”. Keempat tugas tersebut adalah sebaggai berikut.
1.  Proses pembacaan, merupakan langkah pertama dengan tujuan penguasaan konsep dan teori-teori dasar kepemimpinan.
2.      Proses penyucian (purifikasi), tujuannya adalah menetralisir keperibadian.
3.  Proses pengajaran, merupakan proses untuk mentrasfer penguasaan ilmu pengetahuan dan kebijaksaan dari yang mepimpin kepada yang dipimpin.
4.      Proses penciptaan, merupakan proses penguasaan informasi dan teori atau konsep-konsep baru, penciptaan pola kehidupan baru, kehidupan yang berlandaskan nilai-nilai ilahiyyah di objek yang kita pimpin.
Untuk menjadi seorang pemimpin yang dapat mengemban amanah kepemimpinan profetik, harus ada beberepa kriteria yang dipenuhi oleh pemimpin tersebut. Kriteria itu adalah kesadaran akan fungsinya sebagaia khalifah Allah, berilmu, kuat, amanah, dan memiliki daya regenerasi.

0 komentar:

Posting Komentar

 

©Copyright 2013 | Selengkapnya tentang Yayat | Facebook | Twitter |