Payung Buat di Padang Mahsyar

Sabtu, 19 Januari 2013 2 komentar


Dan (ingatlah) akan hari (yang ketika itu) Kami perjalankan gunung-gunung dan kamu akan melihat bumi itu datar dan Kami kumpulkan seluruh manusia, dan tidak Kami tinggalkan seorangpun dari mereka. [Al-Kahfi (18): 47]

          Membaca potongan ayat di atas, teringat kembali cerita-cerita tentang padang mahsyar. Bayangin aja, sering dengerkan cerita bahwa di padang mahsyar itu semua umat manusia dari zaman Nabi Adam a.s. sampai umat Rasulullah saw. akan dikumpulkan dalam satu tempat. Uiih, berapa miliar orang tuh.


         Bayangin juga, diceritakan bahwa di padang mahsyar itu matahari bakalan ada tujuh! Jaraknya cuma sejengkal lagi dari kepala kita. Gak kebayang kan gimana panasnya waktu itu. Belum lagi kita harus nunggu nama kita dipanggil untuk dihisab. Gak kebayang deh kita nunggu berapa taun untuk dipanggil. Terlebih lagi kalo dipanggilnya berdasarkan abjad, kasian banget saya, absen terakhir bray!! Haha, Kasian yang namamya berawal hurf Z... Kudu ganti nama nih dari A! Haha... Allohu a'lam.
          Menunggu dipanggil nama kita setalah umat Nabi Adam sampai umat sebelum Nabi Muhammad saw pasti kerasa kesiksanya. Apalagi kalau harus nahan panasnya matahari. Nah, Antum kebayang gak buat nyari payung untuk melindungi kita dari terik matahari? Ane punya cerita nih tentang seorang sufi yang pengen banget nyeri payung buat di padang mahsyar. Ini ceritanya bray.
***

          Alkisah, seorang sufi asal Mesir, Abu Yazid, sering merenungkan betapa panasnya Yaumul Mahsyar nanti. Dari perenungannya itu akhirnya Abu Yazid berpikir harus nyari payung buat di padang mahsyar. Bukan cuma itu, Abu Yazid juga berpikir harus ada orang yang memegang payung tersebut, agar Abu Yazid juga gak lelah megangin payung. Semakin hari, pikiran itu semakin kuat. Abu Yazid semakin ingin mencari siapa orang yang akan memegang payungnya di padang mahsyar nanti.

          Karena tak tega melihat Abu Yazid terus berpikir keras, seorang malaikat akhirnya datang kepada Abu Yazid dan membisikkkan sesuatu.
          "Hai Abu Yazid, orang yang akan membawakan payung untukmu di padang mahsyar ada di daerah Baghdad. Namanya Abu Amar. Cariah ia di daerah Tikrit."

          Betapa bahagianya Abu Yazid mendengar bisikan tersebut. Berhari-hari Abu Yazid melakukan perjalanan dengan menunggangi seekor kuda melalui panasnya padang pasir. Tujuannya satu, mencari Abu Amar. Hingga suatu hari sampailah Abu Yazid ke Tikrit.
          Betapa terkejutnya Abu Yazid ketika mendengar seorang yang ia tanya bahwa Abu Amar sering nongkrong di sebuah kafe. Orang tersebut lalu menunjukkan kafe yang biasa dijadikan tempat nongkrong oleh Abu Amar. Abu Yazid tak habis pikir, mengapa orang yang akan membawakannya payung di padang mahsyar adalah seseorang yang suka dugem. Aneh.

          Suatu malam Abu Yazid datang ke kafe tersebut. Di depan pintu kafe Abu Yazid planga-plongo mencari yang namanya Abu Amar. Abu Yazid tidak menemukannya. Abu Yazid akhirnya frustasi dan berniat untuk kembali lagi ke Mesir.
          Baru saja Abu Yazid membalikkan badan, tiba-tiba seorang pemuda memanggilnya."Hai Abu Yazid. Mau kemana? Kau baru saja datang jauh-jauh, dan sekarang Kau mau kembali lagi tanpa hasil. Aku Abu Amar, orang yang Kau cari.."Abu Yazid heran, mengapa ia tahu maksud tujuannya datang ke Tikrit."Aku tahu tentangmu dari seseorang yang menyuruhmu menemuiku." Kata Abu Amar.

          Akhirnya mereka berdua ngobrol-ngobrol. Abu Yazid bertanya, "Abu Amar, Kamu akan menjadi orang yang membawakan payung untukku di padang mahsyar. Emangnya amalan apa yang sudah Kamu lakukan? Kamu kan hanya nongkrong-nongkrong dan dugem?"

          Abu Amar menjawab, "Hai Abu Yazid, lihatlah, di kafe ini dahulu ada 80 orang yang suka dugem, sekarang jumlahnya hanya 40 orang. yang 40 orang itu telah berhasil aku ajak untuk kembali ke jalan Allah sehingga mereka bertaubat dan beramal shalih. Jika Kau ingin aku membawakan payung untukmu di padang mahsyar, maka 40 orang yang sekarang sedang berdugem ini adalah tugasmu."

          Abu Yazid lalu terdiam. Abu Yazid hanya bisa tertunduk malu.
          Astaghfirullah, Orang yang sudah mengajak banyak orang beramal shalih dan bertaubat saja hanya akan menjadi orang yang membawa payung. Bagaimana dengan aku yang belum mengajak satu orang pun beramal shalih. Astaghfirullahal'adziim...Begitu gumam Abu Yazid dalam hatinya.

2 komentar:

Posting Komentar

 

©Copyright 2013 | Selengkapnya tentang Yayat | Facebook | Twitter |