Sebagai seorang
manusia, sebagaimana diberitakan Allah dalam Surat Al-Baqoroh kita mempunyai
satu posisi yang sangat urgent. Saking urgent-nya, sampai-sampai
diceritakan dalam ayat yang sama bahwa para malaikat protes kepada Allah atas
keputusan tersebut.
Para malaikat menganggap bahwa manusia kuranglah tepat untuk
menyandang posisi tersebut karena sifatnya yang berbuat kerusakan dan
menumpahkan darah. Lantas, sebenarnya posisi apakah yang sangat urgent
ini? Ya, posisi itu dalah kita sebagai kholifah fil ard.
Dalam berbagai
penafsiran, kholifah salah satunya diterjemahkan sebagai pemimipin. Dengan
pengartian ini, dapat kita simpulkan bahwa setiap kita -manusia- sejatinya
mengemban tugas sebagai seorang pemimpin. Hal ini juga yang diperkuat oleh
Rasulullah saw dalam haditsnya; “Setiap kamu adalah pemimpin, dan setiap
pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang ia pimpin”
(Mutafaq ‘alaih).
Sebagai seorang
Muslim, ada hal berbeda yang harus kita bawa dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam
kepemimpinan. Hal tersebut adalah nilai-nilai ilahiyyah yang merupakan
nilai-nilai acuan yang harus senatiasa kita aplikasikan secara komperehensif dalam kehidupan. Dalam dunia kepemimpinan, ini menjadi sangat penting untuk
dijadikan jatidiri dan karakteristik kepemimpinan kita. Seperti yang kita tahu,
karakter kepemimpinan setiap orang berbeda-beda, ada yang otoriter, ada yang demokratis, ada yang
khasrimatik, atau apapun. Kita sebagai seorang muslim harus punya tipe kepemimpinan sendiri yang khas,
yaitu kepemimpinan profetik.
Profetik
artinya penghambaan yang hanya kepada Allah swt., sifat-sifat profetik diambil dan dipelajari dari kisah-kisah nabi dan
para sahabat (profetik, prophet = nabi). Konsep kepemimpinan profetik
disampaikan oleh Alm. Prof. Dr. Kuntowijoyo berdasarkan pemahamannya tehadap
Surat Ali Imron ayat 110, “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk
manusia, menyuruh kepada yang makruf,
dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya
Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada
yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”.
Dengan pemahamanya, beliau menjelaskan bahwa kepemimpinan profetik membawa tiga misi
utama, yaitu sebagai berikut.
1. Menyuruh kepada yang baik (ta’muruna bil ma’ruf). Ini adalah misi humanisasi (pemanusiaan) dengan tujuan memanusiakan
manusia.
2. Mencegah dari yang buruk (tanhauna anil munkar). Ini adalah misi liberasi (Pembebasan) dengan tujuan membebaskan
manusia dari belenggu keterpurukan dan ketertindasan.
3. Beriman kepada Allah (tu’minuna billah). Ini adalah misi transedensi dengan tujuan menghidupkan kesadaran
ilahiyyah sehingga dapat menggerakan hati dan bersikap ikhlas dalam hal apapun.
Ketiga misi tersebut dapat kita
capai dengan menjalankan epmat tahapan tugas yang diberitakan Allah swt. dalam surat Al-Baqoroh ayat 151, “Sebagaimana (Kami telah
menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul
diantara kamu yang membacakan ayat-ayat
Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan
Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui”. Keempat tugas tersebut adalah sebaggai berikut.
1. Proses pembacaan, merupakan langkah pertama dengan tujuan penguasaan konsep
dan teori-teori dasar kepemimpinan.
2. Proses penyucian (purifikasi), tujuannya adalah menetralisir keperibadian.
3. Proses pengajaran, merupakan proses untuk mentrasfer penguasaan ilmu
pengetahuan dan kebijaksaan dari yang mepimpin kepada yang dipimpin.
4. Proses penciptaan, merupakan proses penguasaan informasi dan teori atau
konsep-konsep baru, penciptaan pola kehidupan baru, kehidupan yang berlandaskan nilai-nilai
ilahiyyah di objek yang kita pimpin.
Untuk menjadi seorang pemimpin yang dapat mengemban
amanah kepemimpinan profetik, harus ada beberepa kriteria yang dipenuhi oleh
pemimpin tersebut. Kriteria itu adalah kesadaran akan fungsinya sebagaia
khalifah Allah, berilmu, kuat, amanah, dan memiliki daya regenerasi.
0 komentar:
Posting Komentar